Ekspresi Ammar Zoni Usai Terjerat Kasus Narkoba

  • Whatsapp
Ammar Zoni menggunakan baju tahanan dalam konferensi pers pada Jumat, 10 Maret 2023. (PMJ News/Fjr)
banner 728x90

Jakarta,- Ekspresi Ammar Zoni yang jadi tersangka kasus narkoba, begitu cepat berubah saat dihadirkan dalam jumpa pers di Mapolres Jakarta Selatan. Ekspresi Ammar Zoni yang mulanya tersenyum, lalu berubah menjadi tangisan.

Ammar Zoni dihadirkan di Polres Jaksel pada Jumat (10/3/2023) malam, bersama 2 tersangka lainnya, yakni M (35) dan rekannya R (37). Ketiganya mengenakan baju tahanan berwarna oranye lengkap dengan tangan terikat cable ties.

Saat digiring penyidik, Ammar Zoni tampak berjalan santai sambil tersenyum ketika ditanya awak media. Ammar Zoni bahkan sempat menyapa awak media yang saat itu tengah mengerumuninya. Berbeda dengan penampakan dua tersangka lainnya yang terus menunduk.

Saat diberi kesempatan berbicara, ekspresi Ammar Zoni berubah 180 derajat. Ammar menitikkan air mata, dia menangis. Ammar meminta maaf kepada keluarga dan masyarakat setelah terjerat kasus narkotika untuk yang kedua kalinya.

“Pertama-tama saya mau minta maaf kepada istri saya, maafkan saya. Saya minta maaf kepada keluarga saya. Saya meminta maaf kepada masyarakat semuanya yang sudah kecewa sama saya,” tutur Ammar Zoni sambil terisak, dalam jumpa pers di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Jumat (19/3).

Pakar gestur Handoko Gani memberikan analisisnya terkait ekspresi Ammar Zoni yang tiba-tiba berubah itu. Dia menilai Ammar Zoni yang hadir dalam jumpa pers itu secara umum menunjukkan emosi marah.

“Saya rasa, rasa marah itu menyertainya jadi ini bicara marah terhadap situasi yang ada, marah terhadap dirinya sendiri, marah juga terhadap orang-orang lain. Marah juga terhadap polisi, marah terhadap sistem yang ada, macam-macam kemarahannya tadi ya,” tutur Handoko kepada wartawan, Minggu (12/3/2023).

Menurut Handoko, senyum Ammar saat ditanya awak media hanya sebagai senyum basa-basi. Dia juga menganalisis terkait tangisan Ammar Zoni saat minta maaf.

“Senyum sosial atau basa-basi menyapa saja. Ketika minta maaf kepada istrinya pun nangis sedikit kalau saya bilang, dan kemudian lebih cenderung menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, seperti itu sih,” ungkapnya.

Secara umum, Handoko membaca Ammar Zoni marah karena terjerat kasus narkoba lagi. Kemarahan yang dialami Ammar Zoni disebut terhadap banyak hal.

“Ini lebih banyak ke emosi marah dan sedikit sedih yang mungkin kita bisa duga bahwa ini karena marah kok bisa ditangkap lagi, marah kok bisa menggunakan narkoba lagi, marah kok dia lagi-dia lagi, marah kok dia belum berubah, masih menggunakan narkoba,” tutur dia.

“Jadi emosi sedihnya seperti minta maaf kepada istri, itu saya lihat tertutup karena kemarahan tersebut. Dan saya mencoba-coba menduga apakah kemarahan ini karena mungkin dia merasa ada yang melaporkan dirinya, merasa bahwa dirinya menjadi target dan merasa bahwa tidak ada yang membela dia,” jelas dia.

Selain itu, Handoko menilai profesi Ammar Zoni sebagai seorang pemeran pria juga mempengaruhi perubahan ekspresinya saat berbicara di depan media tersebut.

“Ya (profesi sebagai aktor mempengaruhi). Makanya ekspresi sedihnya itu palsu menurut saya, lebih ke arah marah,” jelasnya.

Menurut Handoko, Ammar Zoni akan sulit berubah karena berbagai hal. Dia menduga Ammar Zoni berpikiran bahwa orang lain tidak tahu dengan kesulitan yang tengah dihadapinya.

“Orang seperti beliau ini akan sulit berubah sebetulnya, karena merasa bahwa dia kok bisa kecanduan lagi, dia kok bisa jadi target, dia kok bisa tertangkap lagi. Dia masih merasa bahwa orang-orang tidak berpihak kepada dirinya, tidak membela dirinya. Orang-orang tidak tahu kesulitan dia, orang-orang tidak tahu masalah yang dia hadapi, jadi semuanya menunjuk atau pointing kepada orang lain, gitu ya, dan bukan refleksi diri,” tutur dia.

Lebih lanjut, Handoko menyarankan agar Ammar Zoni diberikan pendampingan psikologis. Harapannya, Ammar Zoni bisa lepas dari jeratan narkoba.

“Saran saya memang selama akar dari kepahitan ini belum diselesaikan maka beliau ini akan kembali menjadi pecandu. Jadi saran saya beliau ini harus didampingi oleh psikolog yang bisa membantu menggali sumber kemarahan tersebut, sumber frustrasi tersebut, sehingga ketika sumber itu sudah dihilangkan, ditambah dengan penyembuhan atau rehabilitasi dari narkoba, maka dia akan betul-betul sembuh dari narkoba,” tutur dia. ***

Editor/Sumber: Riky/Detik.com

Berita terkait