Namun, ada tantangan yang perlu diatasi dalam proses hilirisasi digital. Salah satunya adalah kesenjangan digital, di mana beberapa wilayah atau kelompok masyarakat tidak memiliki akses yang setara terhadap teknologi. Hal ini dapat meningkatkan deviasi ekonomi dan sosial jika tidak diatasi dengan kebijakan inklusif dan upaya untuk meningkatkan aksesibilitas teknologi.
Penetrasi internet Indonesia pada akhir Maret 2021 sebesar 76,8 persen dari total populasi, atau mencapai 212,35 juta dengan estimasi total populasi sebanyak 276,3 juta jiwa.
Dengan capaian tersebut, Indonesia berada di urutan ke-15 di antara negara-negara Asia, dimana posisi Indonesia tersebut berada di atas rata-rata penetrasi Asia sebesar 63,9% dari populasi 4,3 miliar jiwa. Bahkan, berada di atas rata-rata dunia sebesar 65,7% dari estimasi total populasi 7,86 miliar jiwa.
Beberapa langkah atau praktik dari hilirisasi digital ini antara lain adalah menyediakan akses internet, kabel serat optik, microwave hingga peluncuran Satelit Republik Indonesia (SATRIA)-1.
Sayang untuk kesediaan akses internet melalui pembangunan menara BTS di Indonesia di tahun 2022 berakhir dengan korupsi di kementerian Kominfo. Padahal proyek ini sangat vital posisinya dalam rangka menunjang pembangunan digital nasional.
Infrastruktur BTS ini merupakan langkah strategis dan menjadi bagian dari apa yang dikenal sebagai Jalan Transformasi Digital Indonesia 2021-2024 sebagai panduan pelaksanaan transformasi digital di empat pilar yaitu infrastruktur digital, pemerintahan digital, masyarakat digital, dan ekonomi digital.
Tapi sudahlah, negeri ini harus terus berjalan, menjemput takdir masa depan yang gemilang.