Dampak yang lebih buruk disebut bisa terjadi jika berbagai negara ramai-ramai membalas proteksionisme yang dilakukan AS. “Itu kira-kira pertumbuhan ekonomi kita hanya dapat 4,6-4,9 saja. Ini analisa kita seperti ini,” imbuhnya.
Analisa itu didapat karena melihat korelasi antara ekonomi Indonesia dengan ekonomi China, yang dibandingkan antara ekonomi Indonesia dengan ekonomi AS. Sunarso menyebut hubungan dagang Indonesia lebih kuat dengan China yakni dengan indeks korelasi 0,351, sementara dengan AS turun jadi 0,347.
“Artinya setiap kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi di China lebih berpengaruh signifikan kepada kita, daripada perubahan kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi di AS. Makanya kita juga harus hati-hati kalau ternyata AS protektif dan oleh China dibalas juga dengan perang dagang seperti yang lalu, itu dampaknya cukup signifikan kepada kita,” tutur Sunarso.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Royke Tumilaar mengungkapkan efek kemenangan Donald Trump juga berdampak kepada tekanan harga saham domestik.
“Dengan kemenangan Trump ini, ada tekanan kepada saham di domestik, tapi kami yakin dengan adanya kinerja yang solid dan berkelanjutan, mudah-mudahan ini akan menjadi pilihan investasi yang baik untuk di Indonesia,” imbuhnya. ***
Sumber: detik.com