Mulai lancarkan jurus menggali pikiran Om Cudy. ‘’Om hari ini sudah kembali aktif setelah cuti ya,’’ goda saya bertanya. Ia pun membalas dengan senyum dan berdiri memandang pantai Luwuk yang dikenal dengan pantai Kilo Lima dari lantai dua hotel itu. ‘’Duduk sini biar enak,’’ ajaknya duduk d sampingnya meninggalkan kursi sebelumnya. Saya pun mengikuti ajaknya.
Senin, kata Om Cudy, akan kembali berkantor. Hari ini masih di Luwuk mengikuti acara Hari Guru Banggai. Siang ke Pagimana meninjau Air Bersih Warga Jaya Bhakti. Mendarat pulang Palu. ‘’Iya doakan Senin sudah berkantor lagi,’’ jawab politisi senior itu mulai hati – hati mengatur diksi.
Om, apa agenda masuk kerja usai cuti? Adalah yang menarik saya tulis? Ujar saya mulai memancing pembicaraan. ‘’Biasa saja rutinitas ee. Kita koordinasi dengan semua dinas dan biro serta saya mau diam diam bajalan,’’ jawab gubernur sekenanya.
Kalau rutinitas biasa di tengah Hari Tenang seolah santai saja Om Cudy? Pancing saya lagi. Padahal banyaknya informasi – informasi di media online dan sosial media hiruk pikuk Pilgub. Apakah menurut Om Cudy itu dinamika politik biasa?
Misalnya ini ya Om, saya mulai tanya berentetan ke beliau. Surat usulan Om Cudy soal penjabat sementara bupati dan walikota diubah di tengah Om cuti?
Kedua, beredar whathApp calon calon Pjs bupati walikota yang dikukuhkan diam diam? Beredar WA, ada Pjs bupati di daerah dibrefing untuk menangkan Paslon nomer urut sekian. ‘’Itu WA masif beredar lho Om. Apa sudah lihat?,’’ tanya saya bertubi – tubi.
Rupanya pertanyaan saya sukses memancing Om Cudy. ‘’Saya sudah tau siapa saja yang akan menikam dari belakang saya. Mereka manusia tidak tau terima kasih. Memanfaatkan kebaikan saya selama ini. Merengek minta pindah ke provinsi tapi sekarang Allah buka semua siapa mereka,’’ jawab beliau dengan bibir bergetar menahan sedih. Air matanya mulai diusapnya. Ia pun mengalihkan tatapan saya dengan menyeruput kopi.
