Donald Trump Resmi Dilantik Jadi Presiden ke-47 AS

  • Whatsapp

Fokus pada jargon ‘America first’

Sebagian besar pemilih Trump tampaknya sangat peduli dengan janjinya “mengutamakan Amerika.”

Selama masa jabatan pertamanya, Trump banyak mengkritik NATO. Ia juga menarik diri dari organisasi internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan meninggalkan Perjanjian Iklim Paris, meski dibatalkan di bawah kepemimpinan Biden.

Dan benar saja, setelah resmi dilantik untuk masa jabatannya yang kedua, Trump langsung memerintahkan penarikan AS dari WHO dan Perjanjian Iklim Paris, sebuah perjanjian internasional yang mengikat secara hukum tentang perubahan iklim.

Trump mengritik WHO karena dinilai gagal bertindak secara independen dari “pengaruh politik yang tidak pantas dari negara-negara anggota WHO” dan karena meminta “pendanaan yang sangat memberatkan” dari AS dibanding negara-negara seperti Cina.

“WHO menipu kita, semua orang menipu Amerika Serikat. Ini tidak akan terjadi lagi,” kata Trump saat menandatangani perintah eksekutif tersebut.

AS adalah pendukung keuangan terbesar WHO, menyumbang sekitar 18% dari pendanaannya.

Sementara itu, keputusan penarikan diri dari Perjanjian Iklim Paris menandai penolakan Trump terhadap upaya global untuk memerangi perubahan iklim seiring dengan meningkatnya bencana cuaca di seluruh dunia.

Menurut aturan perjanjian, untuk keluar dari perjanjian akan memakan waktu sekitar satu tahun setelah AS mengirimkan pemberitahuan resmi kepada PBB.

Dalam pernyataan sebelumnya, Trump mengatakan bahwa AS, produsen minyak dan gas terbesar di dunia, akan memperluas pengeborannya.

“Sekarang kita akan mengebor sumur-sumur baru,” katanya.

‘Berita palsu’ dan kebijakan imigrasi garis keras

Selama masa jabatannya yang pertama, Trump memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan pers. Ia juga memiliki rejam jejak yang penuh dengan klaim-klaim yang salah dan menyesatkan.

Trump sering menepis fakta-fakta yang tidak disukainya sebagai “berita palsu”, dan berupaya mempengaruhi pendukungnya bahwa media kritis menyebarkan kebohongan untuk menodai reputasinya.

Trump juga menerapkan kebijakan imigrasi garis keras dan berulang kali membuat pernyataan bernada rasis. Menjelang pemilihan presiden 2016 misalnya, Trump menyebut imigran Meksiko sebagai “pemerkosa” dan “penjahat.” Ia kemudian berjanji membangun tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko. Tembok sepanjang 732 kilometer dari total 3.145 kilometer telah dibangun hingga akhir masa jabatan pertama Trump, dengan biaya sekitar 16 miliar dolar AS. Padahal, Trump sebelumnya berjanji bahwa Meksiko lah yang harus menanggung biaya pembangunannya, tetapi hal itu tidak pernah terlaksana.

Pada masa jabatan keduanya, Trump diperkirakan akan melakukan deportasi besar-besaran terhadap imigran yang tidak berdokumen. Meskipun klaim kampanyenya untuk mendeportasi 1 juta orang per tahun tidak realistis berdasarkan biaya dan logistik, jumlah deportasi kemungkinan akan meningkat tajam di bawah kepemimpinan Trump. Imigrasi legal juga diperkirakan akan menjadi lebih sulit. ***

Diadaptasi dari artikel DW bahasa Inggris

Berita terkait