Ibarat prosedur medis, dokter harus memastikan dulu tekanan darah, gula darah dan kolestrol pasien sudah normal sebelum diambil tindakan operasi.
“Samakan dulu persepsi, kenapa orang miskin? Tidak punya penghasilan lalu turunkan lagi kenapa bisa? Karena tidak kerja, kenapa tidak kerja? Bisa jadi lapangan kerja tidak ada atau lapangan kerja (sudah ada tapi) belum maksimal maka (solusinya) buka lapangan kerja atau maksimalkan lapangan kerja yang sudah ada,” ulasnya menjabarkan.
Karenanya, program-program prioritas BERANI yang diusungnya amat sejalan dengan program bupati walikota untuk menurunkan kemiskinan.
Ia menegaskan provinsi tidak memiliki rakyat dan wilayah, karena keduanya ada di kabupaten kota sehingga tugas provinsi hanya mengoordinasikan, memfasilitasi dan membantu kabupaten kota menyelesaikan masalah.
Untuk itu, sebagai komitmen provinsi ke depan maka Gubernur Anwar Hafid berencana mengerahkan dinas/badan provinsi untuk ‘jemput bola’, menyerap usulan-usulan kabupaten kota sebagai dasar penyusunan program.
“Silahkan (perangkat provinsi) bicara dengan dinas-dinas (kabupaten kota) tanya kebutuhannya nanti tinggal dibuat programnya,” imbuhnya supaya tercetus program provinsi berorientasi kebutuhan kabupaten kota.
Wamen Bima Arya dalam arahannya, mengapresiasi kerja cepat Gubernur Anwar Hafid dan Wagub Reny Lamadjido bersama jajaran perangkat daerah dalam rangka menurunkan kemiskinan.
Praktek pembangunan yang dilakukan duet doktor ilmu pemerintahan dan dokter spesialis patologi klinik ini sebutnya sangat layak dijadikan percontohan bagi kepala-kepala daerah di Indonesia.
Pemprov Sulteng kata Wamen, berani memangkas biaya-biaya yang tidak esensial dalam postur APBD, untuk dialihkan ke program-program pro kesejahteraan rakyat yang sejalan dengan kebijakan efisiensi nasional.
“Tidak banyak pemimpin yang punya jam terbang tinggi dan pengalaman lintas sektor seperti pak gubernur,” puji Wamen Bima Arya mendeskripsikan Gubernur Anwar Hafid sebagai pemimpin daerah sejati. ***