editor : fathia/palu
SULTENG – Ada tiga wilayah di Indonesia yang saat ini kaya sumber mineral dan dikenal di dunia. Provinsi Maluku Utara, Provinsi Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur. Ada potensi cadangan minyak, gas, batu bara, nikel dan emas.
Tapi, itu dalam daftar kekayaan sumber daya alam daerah itu. Tapi fakta itu paradoks bila disandingkan dengan angka – angka kualitas sumber daya manusianya. Tingkat Indeks Pembanguna Manusia, taraf hidup, kualitas pendidikan, kemiskinan dan kurangnya infrastruktur.
Ketiga wilayah itu memang belum lama ini mulai diketahui kandungan SDA. Atau sejak 1990-an. Paradoks itulah yang diceritakan Gubernur Anwar Hafid di depan pelaku dan korporasi pertambangan nikel di Polibu, Kamis 24 April 2025.
Anwar menagih komitmen pelaku dan industri tambang emas dah nikel di Sulteng untuk ikut mencapai visi Nawa Cita Sulteng BERANI. Tujuannya, agar baik pemerintah dan kalangan stakeholders berperan aktif dan bekerjasama serta bersama-sama.
MASIH 11 PERSEN MISKIN
Gubernur menyinggung, kemiskinan di Sulteng masih di atas 11%. Mestinya, teorinya di rumah yang kaya pasti anggota keluarganya bahagia dan sejahtera. Bukan paradoks.
‘’Saya harap teman-teman bisa mengambil peran dalam program-program BERANI lewat CSR dan Community Development perusahaan,” ujar gubernur ke 12 di Sulteng itu.
CSR yang dimaksud, misalnya dengan pemberian beasiswa pendidikan tinggi bagi anak-anak Sulteng yang cerdas hingga selesai di negeri Tiongkok yang kini menjadi episentrum pengembangan sains dan teknologi.
Anwar juga menantang pendirian rumah sakit bertaraf internasional. Tujuannya, agar masyarakat Sulteng tidak perlu berobat hingga ke luar daerah maupun ke luar negeri.
Pembangunan dua sektor vital ini merupakan tanggungjawab moral perusahaan untuk mensejahterakan masyarakat atas sumber daya alam yang sudah diambilnya.
Di samping itu dengan memiliki SDM yang berdaya saing maka Sulteng sedikit demi sedikit akan melepas ketergantungan dari sektor tambang di masa mendatang