Editor : faqih/palu
BUNGKU – Belum genap sebulan kantor Pemerintahan Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah terdampak dua kejadian yang mengundang pertanyaan.
Belum lama ini, kantor megah terendam banjir akibat hujan. Dua hari lalu, terjadi kebakaran di depan pintu masuk kantor. Kedua kejadian itu menunjukkan bahwa perencanaan dan pembangunan kantor orang nomer satu di bumi nikel menjadi tanda tanya.
Warga masyarakat Bungku, Morowali, Wazir Muhaemin kepada redaksi menyoal dua kejadian itu bila disandingkan dengan puluhan miliar rupiah rehabilitasi kantor tersebut belum genap setahun.
Katanya, kantor bupati dibangun tahun 2023 sampai 2025. Pada TA 2023, dibelanjakan anggaran atap sebesar Rp8 miliar. Tahun 2024 Rp8 miliar untuk belanja interior dan aksesoris.
Rupanya belum cukup, di perubahan anggaran 2024 kembali dibelanjakan yang sama (aksesoris dan interior) Rp3 miliar. ‘’Ini terus terjadi selama 2024,’’ aku Wazier.
TA 2025, dibelanjakan dana APBD untuk perencanaan saja Rp1,5 miliar. Perencanaan ini terkait masih kantor tersebut. ‘’Sebagai masyarakat kami meminta ada kewajiban diperiksa kontraktornya. Bukan tendensius, tapi dengan dua kejadian itu dapat diduga ada ketidaksesuaian antara hasil pekerjaan, perencanaan dan fakta lapangan,’’ terangnya.
Hal mustahil, ada pekerjaan yang belum satu bulan sudah mengalami dua kejadian. Lagian kejadian itu bukan bencana besar. Bukan post mayor. Itu kejadian banjir dan kebakaran. Itu sekaitan dengan perencanaan dan pekerjaan,’’ ulas Wazir kembali.
Dirinya menduga bahwa dana rakyat di APBD yang membiayai proyek itu dikerjakan dengan rendah mutu atau kualitas tak dapat dipertanggungjawabkan. Olehnya, mesti sebagai masyarakat dirinya meminta untuk diperiksa. ‘’Ada kelalaian perencanaan kah atau pekerjaan perlu diperiksa. Kami masyarakat mendorong kesana. Hak kami,’’ akunya menutup pernyataannya. ***