Area tambak CSSF berada dalam satu kawasan seluas 10 hektare di Desa Lalombi lengkap dengan instalasi IPAL, dan kawasan restorasi mangrove seluas 3,5 hektare yang diperkirakan mampu menyerap sekitar 3.700 ton karbon dioksida setara (CO₂e) per tahun.
CEO JALA Aryo Wiryawan mengaku sistem pemantauan kualitas air dan pelacakan produksi secara real-time juga menjadi kunci keberhasilan panen perdana dengan hasil mencapai 52 ton per hektare. ‘’Udangnya berukuran optimal, hingga 24 ekor per kilogram, dan telah memenuhi standar ekspor,” kata dia.
Pihaknya menilai pendekatan ini berpeluang menjadi model nasional yang bisa direplikasi di berbagai wilayah pesisir Indonesia. “Inilah masa depan budidaya yang menjawab krisis iklim, menjaga lingkungan, dan menyejahterakan masyarakat,” ujar Aryo. ***