editor : fathia SH | sumber : adpim setdaprov/pasar parigi
PARIGI – Dulu kabupaten ini lumbung padi. Sawah sejauh mata memandang di kabupaten dengan garis pantai 472 KM. Wilayah utara dan selatan Kabupaten Parigi Moutong didominasi sawah. Tercatat 2023 lalu melakukan panen raya satu juta hektare di Desa Suli Kecamatan Balinggi. Parigi Moutong kala itu mentargetkan produksi padi di lahan 10 ribu hektare.
Informasi terbaru, Juli 2025, harga beras melonjak di kabupaten ini. Harga beras dilaporkan menembus harga Rp 18.000/Kg, jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) nasional sebesar Rp 12.500/Kg untuk beras medium.
IDENTIFIKASI MASALAH
Luas sawah semakin tahun semakin berkurang. Mengakibatkan produksi padi menurun. Alih fungsi lahan begitu signifikan. Di sisi lain, kebutuhan air dari irigasi sudah mulai berkurang. Kotor, keruh dan coklat.
Problem lainnya, petani menjual dengan cepat ke pedagang dalam dan luar kota antar provinsi. Sistem ijon masih dominan. Kebutuhan pupuk dan benih serta pestisida tidak stabil. Petani mengalami siklus yang tidak menguntungkan. Akibatnya, tidak ada yang disisakan untuk ke Bulog. Yaitu sekitar 20 persen dari hasil panen.
LANGKAH PEMERINTAH
Pemerintah Provinsi Sulteng mengambil langkah cepat. Gubernur Anwar Hafid memerintahkan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk mengambil langkah strategis guna menstabilkan harga dan menjamin pasokan beras di pasaran.
Kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setdaprov Rudi Dewantoro, ‘’Harga di luar provinsi lebih menggiurkan. Banyak petani menjual ke sana. Ini harus disikapi agar pasokan untuk kebutuhan dalam daerah tetap terjaga,”katanya di ruang rapat Wakil Bupati Parigi Moutong, pada Jum’at (18/7/2025).
Sebagai solusi, Ia menegaskan pentingnya intervensi pemerintah daerah dan Bulog, termasuk usulan agar petani menyisihkan minimal 20 % hasil panennya untuk dikelola Bulog Sulteng.
Awal 2025, ada kesepakatan bersama antara Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Perum BULOG, pelaku usaha penggilingan padi, dan Kodam XIII/Merdeka. ***