Dari Pupuk Organik Sampai Manajemen Keuangan |
“Bumi adalah Ibu, Hujan adalah Ayah”, kutipan kalimat bersahaja ini menginspirasi Rumah Belajar SKP-HAM dalam melaksanakan pendampingan masyarakat di Dusun Bayu katedo, Kecamatan Lage. Bukan apa-apa, untaian kalimat filosofis itu sesungguhnya menegaskan begitu pentingnya makna tanah demi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Nah, berangkat dari pemaknaan itulah, SKP-HAM yang kini memasuki usia setahun berkiprah di bumi sintuwu maroso, kembali menggelar sebuah kegiatan pembelajaran bertajuk ‘Pelatihan Kebun Ekologis’. Menariknya, pelatihan yang diikuti oleh 15 orang peserta itu berlangsung di kebun (ruang terbuka), bukan di ruang kelas (ruang tertutup) sebagaimana biasanya. Dan peserta yang berasal dari Kelurahan Tegal Rejo, Desa Tangkura, dan Dusun Buyu katedo itu, nampak sangat antusias menerima materi pembelajaran yang dipandu oleh fasilitator Rumah Belajar.
Tak urung, Kepala Desa Sepe, Yettidian.A. Merontjo, S.Th, berkenan memberi materi tentang tanaman lokal serta ekosistem alam yang mulai tergerus oleh tanaman impor. “Saya melihat tanaman lokal kita sudah banyak yang hilang, ini tentu karena cara kita mengolah lahan menggunakan bahan kimia, termasuk kebiasaan buruk mengganti tanaman lokal dengan tanaman monokulture (pertanaman tunggal), dengan menanam hanya satu jenis tanaman pada satu areal”, kata Yettidian kepada peserta pelatihan.
Pada bagian lain, Nurlaela Lamasitudju dan Yuyut berbagi informasi tentang cara membasmi hama penyakit tanaman dengan baik dan ramah lingkungan. Untuk memaksimalkan penerimaan peserta terhadap materi yang diberikan, panitia membagi peserta menjadi dua kelompok, yakni kelompok sirup dan coklat. Kelompok Sirup mendapat tugas mengolah segala jenis buah-buahan yang lagi musim, sementara sementara kelompok coklat ditugaskan membuat buah kakao menjadi serbuk coklat siap saji 100 % coklat asli dan sehat.
Begitulah suasana pelatihan yang berlangsung dari 15-19 Maret 2017 lalu, mendapat apresiasi warga yang ada di dusun Buyu katedo. Selain itu, SKP-HAM yang telah memasuki usia satu tahunnya di Poso itu, juga mengajarkan pengolahan pupuk organik dengan menggunakan daun sirsak dan tembakau kering. “Metodenya sederhana, tapi kualitasnya tinggi, dan yang tidak kalah pentingnya adalah ramah lingkungan”, kata panitia pelaksana Agus Saleh, menjelaskan materi pembelajaran pada hari ketiga tersebut. **
Reporter/Editor: Darwis Waru