GUBERNUR Longki Djanggola mengaku marah dan tersinggung atas pernyataan ketua PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Alimuddin Ma’ruf yang menyebutkan bahwa Sulteng tanah Tadulako, katanya pusat radikal Islam dan pusat gerakan menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurut Gubernur Longki, pernyataan ini disampaikan tidak didasari reverensi dan sumber data yang kuat.
“Sejak kemarin di acara itu saya sudah tersinggung. Hanya saja saya tidak bereaksi karena ada Pak Presiden dan beberapa pejabat negara,” katanya ketika menerima audiens Ketua PB PMII di Rumah Jabatan Siranindi, Jalan Muhammad Yamin, Kota Palu, Rabu (17/5/2017)
Ia mengatakan, kejadian-kejadian teror yang dilakukan sekelompok sipil bersenjata di Kabupaten Poso jangan digeneralisir bahwa itu perbuatan masyarakat Sulteng secara umum. Sulteng ini tidak pernah dinilai sebagai pusat kegiatan radikal Islam, apalagi di daerah ini ada lembaga-lembaga pendidikan dan dakwah agama yang besar, seperti Alkhairaat dan Muhammadiyah. Ada pula kaum Nahdiyin mengedepankan sifat toleransi antar umat beragama. Jadi katanya, tidak ada kegiatan-kegiatan agama Islam yang bersifat radikal. Yang paling menyakitkan tuturnya, pernyataan yang kedua yaitu menyebutkan menetang NKRI. Sulteng tidak pernah tercatat dalam ada kelompok-kelompok yang menentang NKRI. “Parmesta, itu sejarahnya dari Sulawesi Utara, DI TII itu bukan dari sini. Jadi Sulawesi Tengah tidak pernah menentang NKRI,” katanya.
Atas statemen itu kata Gubernur Longki, sebaiknya Aminuddin menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada seluruh masyarakat Sulteng, karena stigma radikal itu jangan sampai melekat dengan daerah ini. “Saya sangat kaget dengan statemen saudara Aminuddin. Sebaiknya saudara meminta maaf di media massa agar publik Sulawesi Tengah tahu,” tuturnya.
Secara pribadi dan selaku Gubernur Sulteng, ia sudah memaafkan Alimuddin dan kelembagaan PMII, tetapi jika masih ada keberatan atau protes dari masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga adat Sulteng, menurutnya adalah hal yang wajar mereka lakukan, karena mungkin rasa ketersinggungan dan kemarahan mereka. Dan mungkin juga ada pelanggaran adat dari ucapan Aminuddin tersebut.
Dalam audiens itu, Aminuddin yang ditemani senior PMII Sulteng, seperti Sahran Raden dan senior-senior lainnya. Ia mengakui kesalahannya atas pernyataan yang menimbulkan kemarahan publik Sulteng pada pembukaan kongres tersebut. Menurutnya, tidak ada maksud atau tujuan.
Pada kesempatan itu, belum ada sikap atau pernyataan resmi dari Alimuddin untuk melakukan konferensi pers kepada media untuk menyatakan permohanan maaf secara terbuka kepada masyarakat Sulteng. Salah seroang kader PMII yang ikut audiens itu mengatakan akan melakukannya di media center kongres PMII ke-XIX dan akan merilis permohan maaf itu kepada media. **
Reporter/TMG: Mahbub