SUMBER,- MALUKU Utara merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi keragaman plasma nutfah kelapa. Beberapa yang sudah ternama yaitu Kelapa Dalam Takome, Igo Duku, Igo Ratu, Igo Bulan, Sabut Manis, Kelapa Kenari, Sabut Merah, Kelapa spikata, dan terakhir ditemukan adalah jenis Kelapa Bido.
Jenis ini ditemukan di Desa Bido, Kecamatan Morotai Utara, Kabupaten Pulau Morotai. Karakter utama dari jenis kelapa ini adalah berbatang pendek, cepat berbuah, ukuran buah besar, kandungan air banyak, dan berproduksi tinggi, Kelapa Bido juga sudah didaftarkan ke Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) Kementerian Pertanian dengan tanda daftar 222/PVL/2016.
BPTP Maluku Utara bersama dengan Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR) sejak tahun 2014 sudah mulai mengeksplorasi kelapa Bido sekaligus mengupayakan konservasi ex situ di kebun koleksi SDG BPTP Malut. Kelapa Bido mulai berbuah pada umur 3 tahun. Pertumbuhan batang pohon kelapa Bido agak lambat dengan tinggi rata-rata kelapa Bido pada umur 5-40 tahun adalah 1-5 m, sedangkan kelapa dalam pada umur yang sama bisa mencapai > 10 m, hal ini disebabkan karena jarak antar leaf scars (bekas pelepah daun) pada kelapa Bido sangat rapat.
Warna buah kelapa Bido adalah hijau berbentuk bulat telur dengan bobot buah utuh adalah 2,5 kg/butir. Jumlah buah per tandan 8-9 buah dengan bobot daging buah per butir adalah 534 gr dengan tingkat ketebalan daging 1,2 cm. Jumlah tandah per pohon mencapai 12-14 tandan. Selain sebagai bahan baku kopra, kelapa Bido juga enak dikonsumsi langsung sebagai kelapa muda.
Kelapa Bido memiliki harapan masa depan karena pemuliaan kelapa ke depan bertujuan untuk merakit varoetas yang batang pendek, cepat berbuah, berproduksi tinggi dan lambat menjadi tinggi untuk mempermudah panen atau penderesan nira kelapa. Sejarah kelapa Bido cukup unik.
Menurut informasi dari petani, awalnya kelapa ini ditemukan hanyut ditepi pantai kemudian dicoba ditanam oleh masyarakat sekitar. Beberapa versi tentang asal tetua kelapa tersebut masih belum jelas. Ada yang mengatakan berasal dari sangihe karena nama lain kelapa ini adalah IGO SANG (Igo=kelapa, Sang = Sangihe), tetapi ada juga yang mengatakan kelapa ini berasal dari Philipina.
Jumlah populasi kelapa Bido saat ini adalah 130 pohon. Untuk dilepas sebagai varietas unggul lokal, masih perlu waktu kurang lebih 3 tahun lagi untuk proses observasi, identifikasi, uji lokasi, produksi, produktivitas, adaptasi, ketahanan terhadap penyakit, dan uji keunggulan komparasi lainnya. Masih dibutuhkan dukungan semua stakeholder untuk mengembangkan kelapa Bido ini seperti Balai penelitian Tanaman Palma Manado membantu proses pelepasannya, Pemerintah daerah diharapkan mau membangun kebun induk sebagai sumber benih, dan BPTP Maluku Utara bersama-sama petani mengkaji dan mengembangkan teknologi budidaya dan produk turunannya.**
Sumber: BPTP Malut