RAPI Sulteng Serahkan Bantuan Tandon ke Donggala

  • Whatsapp
Reporter: Ramdan otoluwa

RADIO Antar Penduduk Indonesia (Rapi) Daerah Sulawesi Tengah menyerahkan
bantuan kepada korban gempa di Kabupaten Donggala. Ketua Rapi Daerah 23
Sulteng, Drs Abd Raaf Malik MSi mengatakan, bantuan tersebut berupa tangki air
(tandon) atau penampung air bersih di posko pengungsian.

“Bantuan tangki air kapasitas 1100 liter ini, sudah kita serahkan ke
posko pengungsian di Desa Toaya dan Kelurahan Labuan Bajo, dan sudah diterima
oleh masyarakat di wilayah itu,” ujar Raaf, Minggu (20/1/2019).

Raaf menjelaskan, selain di Donggala, bantuan tempat penampungan air
bersih tersebut juga akan diberikan di titik pengungsian di Desa Pombewe
Kabupaten Sigi.

“Ada tiga titik pemberian tangki air yang akan kita berikan, dua titik
sudah kita distribusikan dan satu titik lagi akan segera diberikan dalam waktu
dekat ini,” jelasnya.

Rapi 23 Daerah Sulteng sudah terlibat dalam memberikan bantuan sejak
bencana melanda Pasigala September silam, baik menyalurkan bantuan logistik ke
pengungsi maupun bantuan komunikasi (bankom) dalam pelayanan informasi dan
komunikasi penanggulangan bencana.

“Bantuan yang disalurkan adalah murni swadaya anggota Rapi se Sulteng.
Disamping itu anggota juga terlibat secara langsung melakukan kegiatan bankom,”
kata Raaf, yang saat pemberian bantuan didampingi beberapa pengurus Rapi 23
lainnya.

Dari hasil bankom itu anggota melihat bahwa air bersih merupakan salah
satu kebutuhan para pengungsi.

“Di tempat pengungsian tidak ada air bersih dan kalau
ada penyaluran air bersih oleh PDAM, mereka tidak ada tempat penampungannya,” tukas
Raaf.

Warga pengungsi menerima dengan antusias dan mengaku sangat terbantu
dengan adanya tangki air dari Rapi 23 Sulteng ini.

“Ada 36 kk yang mengungsi di posko ini dan hanya ada satu tandon. Kami
sangat berterima kasih kepada Rapi sudah membantu,” aku koordinator posko
pengungsi Valentuma Kelurahan Labuan Bajo, Rahmi.

Menurutnya, air yang ditampung di tandon hanya digunakan untuk
keperluan minum dan masak, sementara untuk kebutuhan mencuci, mandi dan
lainnya, warga terpaksa harus ke sungai terdekat.**

Berita terkait