Desain Kampus Sigi, IAIN Padukan Islam-Local Wisdom

  • Whatsapp
banner 728x90
Reporter: Ikhsan Madjido

IAIN Palu mengedepankan aspek budaya (local
wisdom) dan Islam dalam mendesain gedung kuliah di kampus II, di Sigi.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu akan
melangsungkan pembangunan dua gedung perkuliahan berlantai tiga dengan
kapasitas 24 ruang kelas belajar, di Desa Pombewe Kecamatan Biromaru 
Kabupaten
Sigi tahun 2019 ini, pascabencana gempa dan likuefaksi menghantam kabupaten
tersebut.

“IAIN Palu menjunjung tinggi nilai-nilai
budaya, nilai-nilai kearifan lokal yang ada di daerah ini, termasuk di
Kabupaten Sigi. Karena itu, konsep bangunan gedung akan mengadopsi beberapa
model rumah adat di Sigi dan sekitarnya,” ucap Rektor IAIN Palu Prof Dr H
Sagaf S Pettalongi MPd, di Palu.

Prof Sagaf Pettalongi menyebut, mengadopsi model
beberapa rumah adat dalam desain bangunan gedung IAIN Palu di kampus II,
sebagai bentuk komitmen dalam pelestarian budaya atau kearifan lokal daerah
tersebut.

Karena itu, pakar managemen pendidikan itu mengemukakan,
keberadaan kampus II di Kabupaten Sigi adalah milik warga kabupaten tersebut
secara umum.

Dengan demikian, masyarakat daerah tersebut
bertanggung jawab untuk merawat dan menjaga bangunan gedung serta sarana
lainnya yang ada di wilayah kampus II.

“Konsep desain tersebut, artinya bahwa
masyarakat terwakili disitu. Masyarakat ada di situ. Olehnya, peran masyarakat
setempat untuk merawat kampus sangatlah penting,” ujar Prof sagaf
Pettalongi.

Wakil Ketua Umum MUI Sulawesi Tengah itu berharap
dukungan penuh masyarakat setempat bersama-sama IAIN Palu mengembangkan
perguruan tinggi yang nantinya akan menjadi icon Kabupaten Sigi.

Terkait hal itu Wakil Rektor Bidang Administrasi
Umum, Keuangan dan Perencanaan IAIN Palu, Dr Kamaruddin mengemukakan, IAIN Palu
menggunakan dana dari SBSN kurang lebih senilai Rp 25 miliar.

Terkait desain bangunan gedung yang mengakomodir
model rumah adat, ia menilai, hal itu adalah keharusan, sebagai pelibatan
masyarakat dalam pengembangan kampus.

“Konsep ini suda masuk, ada beberapa
model-model rumah adat yang salah satunya nanti akan menjadi model dalam desain
gedung kuliah IAIN Palu,” ujar Kamaruddin.

CV Explorer Consultant selaku konsultan
perencanaan pembangunan dua gedung tersebut telah menyiapkan enam desain
bangunan gedung tersebut yang memadukan konsep Islam dan budaya.

Mengenai budaya, terdapat sedikitnya tiga model
bangunan rumah adat di Sulawesi Tengah masuk dalam 
rencana desain bangunan
gedung kuliah IAIN Palu di Sigi. Pertama, Rumah Adat Lobo oleh Suku Kaili di
Kulawi Kabupaten Sigi. Kedua, Rumah Adat Sou Raja oleh Suku Kaili di Kota Palu
dan Rumah Adat Tambi oleh Suku Lore di Lembah Besoa.

Sementara untuk desain bangunan gedung dengan
mengadopsi konsep Islam, bercermin pada bangunan gedung salah satunya yaitu
Zam-zam Towerdi wilayah Mekkah.

Selain mengadopsi konsep tersebut, IAIN Palu juga
merancang bangunan gedung tersebut tahan gempa. Hal itu dengan pertimbangan
wilayah Kabupaten Sigi dilalui oleh Sesar Palu Koro.

Prof Sagaf Pettalongi menegaskan bangunan dua gedung
kuliah tersebut harus bertahan lama, dan tidak mudah rusak saat gempa
mengguncang.

Karena itu, sebut dia, tim perencanaan dan
konsultan perencana pembangunan dua gedung tersebut, tidak boleh
menyelenggaraan perencanaan pembangunan gedung itu biasa-biasa saja.

“Jadi jangan desainnya atau perencanaan
pembangunan dua gedung kuliah itu biasa-biasa saja. Tidak boleh. Harus dirancang
tahan gempa dan bertahan hingga puluhan tahun,” tukasnya.***

Berita terkait