Januari 2019 Palu Inflasi 0,21 Persen

  • Whatsapp
banner 728x90

Reporter: Firmansyah Lawawi


DI BULAN
Januari 2019 Kota Palu mengalami inflasi sebesar 0,21 persen. 
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng ir.
Faisal Anwar mengatakan bahwa terjadinya inflasi tersebut dipengaruhi oleh
naiknya indeks harga pada kelompok kesehatan (1,97 persen), kelompok bahan
makanan (0,70 persen), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,41 persen),
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,30 persen), kelompok sandang
(0,29 persen), dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,07 persen).

Komoditas yang berpengaruh dalam inflasi di kota
Palu seperti ikan Kembung (0,18 persen) sewa rumah (0,10 persen) ikan Bakar (
0,6 persen) ikan Cakalang (0,6 persen
)dan Bawang merah (0,4 persen) 
Sedangkan penurunan indeks harga terjadi pada
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (1,05 persen).

Menurutnya, kenaikan indeks year on
year tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 8,30 persen dari
andil kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,143 persen, kelompok makanan
jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,091 persen, kelompok kesehatan
sebesar 0,078 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
sebesar 0,071 persen, kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,015 persen, dan
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,005 persen.

“Untuk kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan memberikan andil negatif terhadap inflasi, yaitu sebesar 0,194
persen,” kata Faisal Anwar.

Dari 82 kota pantauan indeks harga konsumen
nasional kata Faizal Anwar, sebanyak 73 kota mengalami inflasi dan sembilan
kota mengalami deflasi.

Sementara itu, Kabid Statistik dan Distribusi BPS
Sulteng, Nasser mengungkapkan bahwa selama Januari hingga Desember 2019,
perkembangan eksport dibeberapa komoditas mengalami peningkatan.

Peningkatanya berasal dari komoditas besi baja,
bahan bakar mineral atau gas dan bahan kimia non organik. Namun kata Nasser,
beberapa komoditas mengalami penurunan. Seperti garam, belerang, kapur, minyak
nabati serta buah-buahan.

Negara tujuan eksport di bulan Desember 2019,
menurut Nasser masih didominasi oleh Tiongkok sebesar 1,9 milyar USD atau 37
persen, kemudian Korea Selatan dan Taiwan. “Pertumbuhan eksport Sulteng di
tahun 2018 sebanyak 68,68 persen. Dibandingkan dengan nasional hanya sekitar
6,72 persen,” akunya.

Namun sektor impor Sulteng sendiri dari bulan
Januari hingga Desember 2018 sebesar 2,8 milyar USD. Dari bulanDesember
sebelumnya, mengalami kenaikan hanya 48 persen.

Komoditas barang yang diimport di bulan
Desember  tersebut beber Nasser,
merupakan bahan konsumsi sebesar 2 juta Dollar, bahan baku lainya 298 juta
Dolar dan barang modal sejumlah 243 juta Dollar.

“Presentasenya, komposisi import bahan baku
di bulan ini, mengalami penurunan sebesar 12 persen. Namun di komoditas barang
modal, mengalami peningkatan. Sehingga jika ditinjau dari year no the year,
atau tahun ketahunya. Naik sebesar 91 persen. Jadi pada bulan Desember 2018,
intercept import Sulteng, lebih tinggi di banding eksport, devisitnya sebesar
92 juta Dollar,” jelasnya.

Untuk Nilai Tukar Petani (NTP) Sulteng kata
Nasser, di bulan Januari 2019, mengalami penurunan sebesar 0,54 persen. Bulan
Desember 2018 sebesar 95,72. Namun di bulan Januari 2019 hanya 95,12 persen
saja.

Nilai tukar petani mengalami penurunan menurut sub
sektor, seperti tanaman pangan sebesar 93,50 persen, perkebunan 83,86 persen.
Faktor yang menyebabkan turunya harga disektor tanaman pangan adalah ubi jalar
dan kacang tanah.**

Berita terkait