Sumber: Humpro Sulteng
|
meminta semua pemangku kepentingan di sektor pariwisata terus berupaya
meningkatkan sadar wisata dan sapta pesona di kalangan masyarakat.
“Tingkatkan terus kesadaran masyarakat yang ‘friendly’ (bersahabat) supaya
turis betah dan mau berulang kali datang ke destinasi wisata di Sulteng,”
kata Sekdaprov Sulteng Moh. Hidayat saat mewakili gubernur memberikan sambutan
pada pembukaan workshop sadar wisata dan sapta pesona 2019 Dinas Pariwisata
Sulteng di Palu, Kamis (21/3/2019).
Menurut Hidayat, sadar wisata ini antara lain bagaimana cara senyum kepada
turis, dan ketika ada barang (milik turis) yang hilang dan ditemukan, agar
dikembalikan.
“Menciptakan suasana nyaman dan aman harus terus didorong,” ujarnya.
Di sisi lain, katanya, pemerintah provinsi sangat berkomitmen mempersiapkan
kelengkapan infrastruktur ke lokasi-lokasi wisata.
Bahkan, kata Hidayat, pemprov sedang memperjuangkan supaya Balai Pelestarian
Cagar Budaya yang membawahi wilayah Sulawesi Tengah bisa dipindah dari
Gorontalo ke Palu demi efektifnya pengelolaan situs-situs cagar budaya seperti
warisan prasejarah megalitikum.
Potensi pariwisata Sulawesi Tengah, katanya, sangat banyak dan tidak kalah
menarik dengan obyek wisata di daerah maju lainnya, namun belum semuanya
terekspos, misalnya pariwisata bahari di Kabupaten Banggai Laut.
Hidayat yang pernah menjabat Bupati Banggai Laut pada 2013-2015 itu menuturkan
sebuah desa terpencil yang selalu ramai didatangi turis asing. Informasi desa
itu terus berpindah dari mulut ke mulut yang membuat turis lain penasaran untuk
datang ke sana.
“Berawal dari turis Prancis yang datang, berinteraksi dengan masyarakat.
Dari tadinya ingin tinggal beberapa hari lalu berbulan-bulan dan akhirnya
mengajar bahasa Inggris kepada masyarakat,” ujarnya saat berceritera
mengenai Desa Tinakin Laut yang kini jadi ‘kampung turis’ nya Banggai
laut.
Sekretaris Dinas Pariwisata Sulteng Drs. Suryaman, M.Si mengatakan pembinaan
sadar wisata dan sapta pesona ini sejalan dengan konsep 3A yang dikenalkan
Menteri Pariwisata Arief Yahya yaitu amenitas, atraksi dan aksesibilitas.
“Amenitas berupa fasilitas hotel, restoran dan akomodasi, atraksi adalah
daya tarik destinasi dan aksesibilitas ialah transportasi, layanan penghubung
ke destinasi,” ujarnya.
Workshop diikuti lebih kurang 50 peserta dari unsur OPD dan mitra pariwisata
dengan narasumber dari Kementerian Pariwisata dan staf pengajar Sekolah Tinggi
Pariwisata Trisakti, Ira Mayasari.**