Palu Tambah Sirene Peringatan Tsunami

  • Whatsapp
Reporter: Firmansyah Lawawi

KEPALA Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Palu, Presley Tampubolon mengatakan, BPBD
Palu telah mengusulkan kepada pemerintah pusat pengadaan 8 unit detektor sirine
peringatan tsunami atau early warning system.
Pengusulan alat tersebut menyikapi minimnya sarana detektor sirine peringatan
tsunami di kota Palu, Sulawesi Tengah.

“Dalam rapat
sebelumnya bersama pemerintah pusat, JICA, Bank
Dunia serta ahli kebencanaan di Jakarta. Kami sudah
mengusulkan untuk penambahan sirene peringatan Tsunami yang hanya ada satu unit
di taman Gor Palu,”
Presley Tampubolon, Rabu (13/3/2019)
.

Pengalokasian delapan unit
sirene peringatan Tsunami tersebut
, menurut Presley disebar di empat wilayah barat
dan empat di timur kota Palu.

Jangkauan satu unit sirene
peringatan Tsunami
, kata Presley, hanya mampu menjangkau tiga
kilometer. Sementara itu, luas radius garis pantai di kota Palu berkisar 42
Kilometer.
.
“Itupun kondisi kota
Palu dalam keadaan tenang. Artinya suara b
ising kendaraan dan aktifitas lainnya dalam keadaan tenang.
Jika suara-suara tersebut relatif ramai, makan sirene peringatan Tsunami tidak
akan terdengar dalam radius yang jauh,” 
jelasnya.

Selain itu, kapasitas
kekuatan elektriknya juga perlu menjadi bahan perhatian. Seperti sistim unit
sirene tersebut tidak tergantung kepada ketersedian listrik.

Seperti alat deteksi bisa berfungsi dengan maksimal tanpa
adanya suplai listrik, serta tetap berfungsi dalam situasi apapun serta
tergenang air
,” jelasnya.

Sumber alokasi dana untuk
penambahan unit peringatan Tsunami
, lanjut Presley masih dalam pembahasan. Apakah
hal tersebut merupakan dana hibah bantuan dari luar negeri, pihak swasta maupun
pemerintah.

“Hari ini pihak
pemerintah daerah akan bertemu dengan JICA di Balikpapan guna membahas hal
tersebu
t,” paparnya.

Penambahan beberapa unit alat, baik early warning system
maupun tide gauge bertujuan untuk kesiapan mitigasi bencana di kota Palu.

Seperti peristiwa 28 September silam. Dalam teorinya, rentan
waktu terjadinya Tsunami setelah gempa bumi terjadi sekira antara 25 hingga 30
menit. Serta mengarah hanya pada satu titik hantaman. Namun yang terjadi justru
diluar dugaan. Hanya berselang 5 hingga 10 menit kemudian, ombak besar tersebut
sudah menyapu pesisir pantai Teluk Palu dan sekitarnya. Selain itu, dampaknya
terjadi di tiga belas kelurahan kota Palu.
“Dari teori Tsunami
pada umu
mnya, memiliki golden time
atau waktu surut air laut hingga Tsunami datang berkisar atara 20 hingga 30
menit. Namun yang terjadi pada saat itu, hanya berselang 5 sampai 10 menit usai
gempa bumi,” tegasnya.

Secara teori, pada saat
terjadinya gempa bumi yang berpusat di dasar laut
, terjadi retakan. Sehingga terjadi pasang surut air
laut yang kemudian tertelan oleh patahan tersebut. Setelah itu, akan
dikeluarkan kembali mengarah hanya pada satu titik.

Namun yang terjadi di kota
Palu, justru hampir semua wilayah pesisir pantainya terkena gelombang Tsunami.
Hal itu disebabkan karena terdapat beberapa titik longsoran di dasar laut teluk
Palu. Sehingga
, ucap Presley, 13 kelurahan di kota Palu terdampak
oleh gelombang dahsyat tersebut.
**

Berita terkait