Penyintas ‘Diusir’ Dari Tenda ke Tenda

  • Whatsapp
Reporter: Firmansyah Lawawi

SEKURANGNYA 53 jiwa penyintas yang berada
di tenda pengungsian di jalan HM Thamrin, tepatnya di belakang kantor Telkomsel
Palu menanti ke Hunian Sementara (Huntara).

Penyintas ini sebagian besar berasal dari jalan
Raden Saleh Kelurahan Besusu Barat Kecamatan Palu Timur, atau di belakang Hotel
Golden Palu.

Minggu (10/3/2019) pagi, awak media ini
menyambangi tenda pengungsian penyintas yang rumahnya telah rata dengan tanah
akibat terjangan Tsunami 28 September silam.

Andi Darmawati (59) salah seorang penyintas di
tenda tersebut mengungkapkan bahwa dia bersama tiga orang anak dan empat
cucunya sangat berharap untuk mendapatkan huntara.

“Rumah dan harta saya habis disapu Tsunami.
Hanya baju dibadan saja yang sempat kami selamatkan pada saat itu. Saya beserta
keluarga berharap agar pemerintah bisa memberikan hunian kepada kami,”
harapanya.

Menurut Andi Darmawati, logistik yang mereka
terima selama berada dipengungsian, cukup untuk menyambung hidup. Begitu pula
dengan ketersediaan air.

Namun bila kota Palu diguyur hujan, tuturnya,
mereka yang berada dalam tenda kebasahan. Karena air hujan menggenangi dan
masuk ke dalam tenda mereka. “Air hujan masuk ke dalam tenda kami.
Terpaksa kami mencari bidang yang tidak digenangi air. Tapi kalau hujanya
deras, terpaksa  tidur bersama air,”
jelasnya.

Berangkat dari hal itu, Andi Darmawati masih
bersyukur pemerintah kelurahan  masih
bersedia memperhatikan nasib mereka.

“Lurah setempat sering datang ke tempat kami.
Begitu pula dengan Puskesmas setempat, biasanya mereka melakukan pemeriksaan
terhadap balita, anak-anak dan ibu hamil, ” kata Andi Darmawati.

Penyintas lainnya, Susi (25) membeberkan dia
beseta tujuh anggota keluarga tinggal dalam satu tenda. 
Ibu dari satu anak itu mengungkapkan dia bersama
suaminya kini kembali membuka usaha kedai di seputaran pantai Talise. Meskipun
mereka tahu bahwa lokasi tersebut masuk dalam zona merah.

“Mau bagaimana lagi kasian, tidak mungkin
kami berharap bantuan terus dari pemerintah. Sementara kami juga perlu biaya
lainnya,” 

Koordinator pengungsi, Arie menjelaskan pada awal
sebelumnya, warga yang tinggal di lokasi tersebut mencapai 80 lebih kepala
keluarga. Seiring berjalanya waktu, hingga saat ini, jumlah mereka hanya
sekitar 53 jiwa.

“Dahulunya mereka bertenda di lapangan VatuLemo.
Setelah itu mereka direlokasi ke tempat ini, ” ucapnya.

Selain itu, masih ada juga warga yang hanya
memanfaatkan situasi. Seperti hanya datang pada saat pembagian logistik. Jika
malam tiba, mereka kembali ke kediamanya masing-masing.

“Dulu banyak yang hanya datang ambil bantuan
saja. Tapi tidak tidur di dalam tenda. Setelah mendapatkan instruksi dari
pemerintah. Kami menutup dan mencabut tenda mereka, ” tandasnya.

Untuk saat ini lanjut Arie, lahan yang mereka
tinggali merupakan milik Telkomsel. Menurut kabar burung bahwa pihak Telkomsel
akan mereka pergunakan. Rencananya para penyintas akan dipindahkan ke jalan
Ahmad Yani.

“Kalau menurut hemat, sekalian saja ke hunian
sementara. Daripada dipindahkan lagi. Kasian mereka harus berpindah lagi.
Mereka juga kan warga negara Indonesia,” pungkasnya.

Olehnya, kami berharap agar pemerintah kota Palu
juga memperhatikan nasib pengungsi yanga ada di jalan HM. Thamrin. Pintanya.**

Berita terkait