Pengungsi Klaster Rentan Terabaikan

  • Whatsapp
Reporter: Firmansyah Lawawi

PENANGANAN Pengungsi hanya fokus
pada hal yang umum saja, sehingga klaster rentan seperti balita terabaikan.

Legislator dewan kota,
Erfandi Suyuti, saat rapat konsolidasi korban bencana gempa dan likuifaksi
Kelurahan Balaroa, Sabtu (30/3/2019) di gedung Museum Sulteng menegaskan agar
pemerintah kota jangan mengabaikan kebutuhan bagi klaster rentan yang ada di
lokasi pengungsian.

“Dari pemberitaan
media Massa,  balita Novia yang masih
berumur 11 bulan hanya diberikan air gula sebagai pengganti susu di lokasi
shelter gedung Koni, Kelurahan Talise,” paparnya.

Hal tersebut menurut Reo,
sapaan akrabnya, mengisyaratkan bahwa sistem dan pola pendataan oleh pemkot
tidak valid atau buruk, sehingga kelompok rentan yang bermukim di tenda-tenda
pengungsian terabaikan.

Seharusnya,  pemerintah kota  memprioritaskan penanganan kelompok rentan di
tenda pengungsian, seperti balita, anak-anak, ibu hamil, penyandang cacat dan
lansia.

“Data klaster rentan
yang ada di kota Palu juga harus valid. Jangan hanya data umumnya saja. Saya
sangat prihatin dengan adanya kasus tersebut. Balita dan anak-anak di
pengungsian butuh susu. Saya sangat mengetahui apa yang terjadi dengan penyintas
di shelter pengungsian, karena saya juga merupakan korban Likuefaksi. Jadi
interaksi hampir menjadi keseharian saya bersama masyarakat penyintas,”
tandasnya.

Pemerintah juga harus
menyusun daftar skala prioritas bagi warga yang berada di shelter pengungsian.
Dimana mereka sangat membutuhkan penanganan khusus. Seperti jumlah balita dan
anak-anak, ibu hamil, penyandang cacat maupun lansia. Sehingga dapat diketahui
berapa kebutuhan logistik bagi mereka.

Karena kebutuhan logistik
maupun sarana lainnya, berbeda dengan warga yang pada umumnya di lokasi
pengungsian.

Lebih jauh, persoalan air
juga belum tertangani dengan baik di tempat pengungsian. Hal ini seperti di
shelter pengungsian Kelurahan Balaroa dan di lokasi lainnya.**

Berita terkait