Sumber: antaranews
|
Nasional (BPJN) XIV Kementerian PUPR sedang mengerahkan sejumlah jembatan
(darurat) besi (bally) untuk dipasang di jembatan Dampala, Kabupaten Morowali, Sulteng,
guna menormalisasi arus lalu lintas di jalan trans Sulawesi yang menghubungkan
Sulteng dan Sultra yang putus total pada Sabtu (8/6/2019) pagi.
“Kami masih mengumpulkan sejumlah kerangka
jembatan bally dari berbagai tempat karena kita butuh agak banyak
sebab bentangan jembatan yang putus itu cukup panjang,” kata Nurhasna,
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 37 BPJN XIV Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR
yang dihubungi di Morowali, Sabtu siang.
Menurut Nurhasna, jembatan yang putus itu terletak di Kecamatan Bahodopi,
Kabupaten Morowali, sekitar 90 kilometer dari ibu kota kabupaten, tetapi dekat
dengan kawasan PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), sebuah kawasan
indusri pertambangan nikel terbesar di Indonesia.
Jembatan ini sebenarnya sudah mulai terancam putus saat banjir beberapa hari
sebelum Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah karena “oprit” jembatan ke
arah Bungku sudah mulai tergerus air.
“Pada saat hujan deras tiga hari terakhir ini, air kemudian menghantam
pilar bagian tengah dan ‘oprit’ sehingga badan jembatan itu ambruk pada Sabtu
(8/6) pagi,” ujarnya.
Alternatif utama untuk menormalisasi arus lalu lintas di situ adalah memasang
jembatan bally, namun persediaan rangka jembatan di sekitar Kabupaten Morowali
sangat terbatas, sehingga harus mendatangkan dari kabupaten lain.
“Kami masih menunggu rangka jembatan bally dari Kabupaten Tojo Unauna,
Sulteng,” ujarnya.
Nurhasna belum bisa memastikan kapan lalu lintas bisa normal karena sekalipun
semua rangka jembatan bally sudah tiba di lokasi, pemasangannya harus melihat
kondisi air karena untuk memasang jembatan darurat ini, diperlukan tiang
pancang (pilar) di bagian tengah sebab bentangan jembatan cukup panjang yakni
seluruhnya mencapai 41,2 meter.
“Nah, kalau masih terus hujan seperti ini, tidak mungkin kita pasang tiang
pancang di tengah, harus tunggu airnya surut dulu,” ujarnya dan mengatakan
bahwa perlu waktu agak panjang untuk memasang jembatan darurat.
Pihaknya juga sedang melakukan survei lokasi untuk membuat jalan darurat yang
mengarahkan kendaraan untuk menyeberangi badan sungai pada saat air surut atau
normal, terutama untuk kendaraan-kendaraan besar bermuatan berat.
utara ini sangat ramai dilalui untuk angkutan barang dan jasa baik dari Sultra
maupun Sulteng sehubungan dengan hadirnya PT.IMIP di Kecamatan Bahodopi yang
mempekrjakan sekitar 35.000 orang tenaga kerja tersebut.
Jalur ini sangat strategis untuk pengangkutan barang dan jasa dari dan ke
kawasan IMIP serta daerah-daerah lain di Sulteng dan Sultra yang sedang
berkembang sebagai kawasan industri dan pertambangan nikel serta perkebunan dan
industri kelapa sawit.
Selain Jembatan Dampala yang ambruk dihantam banjir bandang, Jembatan Bahoyuno,
Desa Wosu di Kecamatan Bungku Barat, Kabupaten Morowali, juga dilaporkan putus
menyebabkan kondisi lalu lintas di ruas trans Sulawesi di wilayah Kabupaten
Morowali semakin parah.
Namun demikian, arus lalu lintas di jembatan Bahoyuno Wosu sudah normal Sabtu
siang setelah oprit jembatan yang tergerus air dipasangi gelagar batang kelapa
sehingga kendaraan bisa melintas di atasnya.
Sumber Antara di Morowali menyebutkan bahwa banyak jembatan di jalur trans
Sulawesi di kabupaten itu yang kini terancam hanyut karena debit air di musim
hujan sangat besar sebab hutan-hutan di sekitarnya sudah gundul, terutama untuk
pertambangan dan perkebunan.
“Dua jembatan yang putus itu adalah jembatan yang cukup kuat dan sudah
berusia puluhan tahun, namun sekarang sudah tidak sanggup menahan air yang
volumenya begitu besar. Ilustrasinya begini, kalau dulu kita tumpah air 10
derom, maka yang masuk ke sungai itu hanya lima derom karena ada hutan yang
menyangga, sekarang kalau tumpah 10 derom, sepuluh-sepuluhnya masuk ke
sungai,” ujar seorang sumber.
Selain hutan yang gundul, tingginya jumlah kendaraan besar bermuatan lebih dari
kemampuan tonase jalan yang melintas di jalur trans Sulawesi wilayah Kabupaten
Morowali dan Morowali Utara merupakan ancaman tersendiri bagi keawetan jalan
dan jembatan di daerah itu.**