Situasi Bencana, Remaja Rentan Alami Pelecehan

  • Whatsapp

Sumber/Editor: Humpro Sulteng/Ikhsan Madjido

INDONESIA merupakan negara yang rentan terhadap bencana. Terkait situasi krisis
kesehatan, Indonesia mempunyai delapan klaster untuk penanganan bencana salah satunya
ialah klaster kesehatan, dan remaja merupakan kelompok proporsi yang cukup
besar.

Kasubdit Kesehatan Usia Sekolah dan Remaja Kemenkes RI, Wara Pertiwi
Osing mengatakan pemenuhan kebutuhan kelompok remaja masih sangat terabaikan
saat bencana.

“Padahal saat bencana kelompok remaja merupakan kelompok yang rentan
terhadap resiko gangguan kesehatan, antara lain resiko kekerasan sexual,
kekerasan berbasis gender perkawinan anak, atau tertular HIV Aids,” kata Wara
Pertiwi pada  Workshop Hasil Awal dan Diskusi
Rencana Aksi Riset Remaja Perempuan dan Pemuda di Situasi Bencana di Sulteng, di
salah satu hotel di Palu, Selasa (25/6/2019).

Selain itu, imbuhnya, pada saat situasi bencana biasanya terjadi gangguan
struktur keluarga dan struktur sosial dimana pada situasi ini remaja mungkin
terpisah dari keluarga dan komunitasnya.

Ia pun pun berharap, workshop tersebut dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan perhatian terhadap pemenuhan hak remaja dan kaum muda khususnya
perempuan pada situasi krisis.

“Serta meningkatkan koordinasi antar lintas sektor ditingkat pusat
maupun daerah,” harapnya.

Senada, Wakil Kepala UNFPA Indonesia, Milenia Hidayat menyampaikan,
kegiatan Workhop dan Diskusi  nantinya
akan menyampaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh perempaun dan remaja dalam
situasi pengungsian, karena masalah masalah yang dihadapi oleh perempuan remaja
dalam keadaan bencana akan semakin berat.

Karena berdasarkan garis besar studi yang dilakukan, remaja itu
mengalami perasaan yang tidak aman, karena ada berbagai hal ancaman antara lain
ancaman pelecehan, ancaman tidak mampu beraktualisasi dan lain sebagainya pada
situasi pengungsian.

“Mudah mudahan diskusi ini dapat melihat hasil dari study yang telah
dilakukan dan kita juga bisa berkesempatan untuk mendiskusikan bagaimana respon
terbaik dari pihak terkait agar para pemuda, permpuan remaja kita khususnya
yang berada dipengungsian bisa lebih beraktualisasi dan berkontribusi terhadap
pembangunan,” ungkap Milenia.

Sementara itu, Sekretaris Provinsi Sulteng Moh Hidayat sangat
mengapresiasi, atas apa yang yang telah dilakukan beberapa NGO, lembaga UN dan
lembaga Nasional lainnnya yang terlibat diberbagai macam klaster yang bekerja
di Sulteng selama respon bencana 28 september lalu.

Selain itu Sekprov Hidayat juga mengatakan, Sulteng yang saat ini sudah
bangkit pasca bencana, sesungguhnya bukan hanya dari kerja- kerja Pemerintah
namun kebangkitan Sulteng ini juga hasil dari dukungan lembaga-lembaga NGO, UN
baik itu Nasional maupun Internasional yang hadir di Sulteng.

“Seandainya jika hanya kami Pemerintah yang menangani hal-hal bencana
dan pascabencana saya yakin kami pasti belum bangkit sampai saat ini,” akunya.

Selain itu, pemerintah juga sadari selama ini, ketika terjadi bencana
respon pertama kita adalah bagaimana menyiapkan fasilitas dasar, misalnya
logistik, shalter, sanitasi dan sebagainya, namun selain itu ada yang sering
terabaikan yaitu persoalan remaja, bagaimana mereka difasilitasi bagaimana
mereka terlibat membuat keputusan dan sebagainya.

Oleh karena itu perlu ada perhatian khusus untuk penanganan masalah
remaja perempuan saat terjadi bencana, karena remaja dan perempuan adalah
menjadi korban berikutnya, menjadi trauma berikutnya yang mereka hadapi ketika
bencana besar selesai kemudian mereka hidup di pengungsian maupun huntara,  yang kemudian ada problem baru disana.

“Namun Alhamdulilah, secara perlahan persoalan terkait remaja perempuan
di pengungsian bisa teratasi berkat kerjasama antara UNFPA dan lembaga
lainnya,” tukas Hidayat.**

Berita terkait