Prof Zainal Abidin: Mahasiswa Perguruan Tinggi Umum perlu dikenalkan moderasi beragama

  • Whatsapp
banner 728x90
Keterangan Foto: Prof Dr Kh Zainal Abidin MAg saat menyampaikan materi tentang penguatan nilai-nilai Agama Islam dalam mengantisipasi paham radikal, Senin (05/08/2019)

Sumber: Humas MUI Palu

Guru Besar Pemikiran Islam Modern Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi
Tengah, Prof Dr KH Zainal Abidin MAg, di Palu, Senin, mengemukakan, mahasiswa
di perguruan tinggi (PT) umum atau yang berada dibawah naungan
Kemenristek-Dikti, perlu dikenalkan tentang moderasi beragama.

“Moderasi beragama adalah cara beragama yang
moderat, tidak ekstem. Cara beragama yang damai, toleran dan menghargai
perbedaan. Moderasi beragama menjadi basis dalam menangkal radikalisme,”
ucap Prof Dr Kh Zainal Abidin MAg saat menyampaikan materi tentang penguatan
nilai-nilai Agama Islam dalam mengantisipasi paham radikal, dalam Pelatihan
Pementor Mentoring Pendidikan Agama Islam Tahun 2019 yang diselenggarakan oleh
UPT Laboratorium Dasar Fakultas MIPA Universitas Tadulako Palu, Senin.

Rektor Pertama IAIN Palu ini mengemukakan, radikalisme
dan terorisme, adalah dua hal yang saling bergandengan. Terorisme lahir dari
ideologi radikalisme.

Berdasarkan riset Setara Institute terdapat 10 perguruan
tinggi negeri (PTN) di Indonesia terpapar paham Islam radikal. Corak kegiatan
keislaman di kampus (yang terpapar radikalisme) itu monolitik. Cenderung
dikooptasi oleh golongan Islam tertentu yang tertutup atau eksklusif.

Dalam menyebarkan ajarannya, kelompok ini menyasar
organisasi kemahasiswaan dengan menjadikan masjid dan musala sebagai basis
kaderisasi. 

Prof Zainal Abidin yang merupakan Ketua FKUB Sulteng
menyebut generasi muda, khususnya di dunia kampus menjadi sasaran utama
penyebaran radikalisme.

“Salah satu alasannya, ialah generasi muda masih
dalam proses pencarian jati diri, merupakan target potensial untuk menerima
faham-faham baru,” kata dia.

Bahkan, Dewan Pakar Pengurus Besar Alkhairaat ini mengutarakan,
mahasiswa eksakta lebih mudah menerima paham radikal soal menuntut perubahan
sosial dan politik dengan cara ekstrem.

“Menteri Mohammad Nasir pernah menyatakan bahwa
mahasiswa eksakta lebih mudah terpapar, karena cara berpikir anak eksakta itu
 logic dan pragmatis, sehingga dia hanya melihat black and
white,” sebut dia. 

Karena itu, Rois Syuria Nahdlatul Ulama Sulteng ini
menyebut perlu pengenalan dan pemberian pemahaman moderasi beragama, dengan
menanamkan prinsip, realistis, humanis, inklusif, kerjasama, adil dan toleran. ***
 

Berita terkait