Inspiring Milenial : Aku Sembuh dari Covid-19

  • Whatsapp
Karin, Manda dan Faiz sedang berpose dengan tim medis covid 19 RSAP Sulawesi Tengah (foto/dokumen karina larasati)
banner 728x90

Palu,- Namanya Karina Larasati (16) kembar Amanda Maharani (16). Pasien positif covid 19 itu telah dinyatakan sembuh bersama ayahnya Hendrawan Widodo (50-an) dan adiknya Muhammad Saif Rizky (13). Ajal tak dapat ditolak, ibu Karin — sapaan akrabnya, wafat setelah tim medis berjibaku mencoba menyelamatkan nyawa Vonny Chintia Bekti (30). Ia wafat setelah dirawat dengan keluarganya di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Anutapura Palu (RSAP).
Inilah tulisanku, kisah sedihku, kisah syukurku pada Allah SWT….tak lupa pada semua yang sudi dan peduli hingga kami sehat kembali.
——————-

Pertama tama, untuk kalian tim medis RSU Anutaputra Palu, kalian pahlawan hebat! Pahlawan yang merawat kami dengan sepenuh hati dengan segenap perjuangan dan pengorbanan untuk menghadapi wabah didunia ini.

Terima kasih, Kami salut dengan apresiasi perjuangan kalian yang tak terhingga, begitu banyak kisah kasih bersama kalian selama karantina isolasi disini, bahkan kalian menganggap kami sanak saudara.

Tapi rasa sedih tak luput dari benak kami, kehilangan seorang ibu yang sangat kami cintai bukanlah hal yang mudah, beliau merupakan seseorang terkasih penuh kesabaran, selalu menyayangi kami apapun keadaannya.

Walaupun dimana ibunda kami Vonny Chyntia Bekti menjadi salah satu pasein yang tidak dapat tertolong karena keganasan covid19 hingga beliau berpulang kepangkuan Ilahi utk selamanya. Namun kami sekeluarga sdh ihklas utk kepergian ibunda krn taqdir Allah berkata lain..smg ibunda kami husnul khotimah di terima disisi Allah dgn perjuangannya melawan covid 19, namun ternyata Allah lbh sayank sama ibunda kami.

Ayah saya, pada tanggal 26 Maret 2020 ia sempat tak sadarkan hampir setengah hari pada jam 10 pagi.Kami pun panik mengapa ayah kami tiba – tiba seperti itu, ya sudah kami memanggil teman nya untuk memeriksa ada apakah pada dirinya.

Karin, Manda dan Faiz sedang berpose dengan tim medis covid 19 RSAP Sulawesi Tengah (foto/dokumen karina larasati)

Tetapi beberapa cara pun sudah dicoba, tetap saja tak ada respons sama sekali. Mamah saya pada saat itu sangat sedih dan terus membangunkan ayah saya “Pak bangun ayo dong Pak bangu,ini kasian anak anak masih kecil”. Isak tangis sedih pun terpecah pada saat itu

Menunggu menunggu dan menunggu selama beberapa jam,tak ada satu pun respon sama sekali. Akhirnya teman teman ayah kami menyarankan mengapa tidak dibawa ke rumah sakit saja kalo belum ada respons sama sekali?

Dari itu kami pun memutuskan membawanya setelah solat maghrib dan kami berempat sempet mempacking barang barang yang harus dibawa (seperti ingin camping saja sampe semua isi mobil penuh tidak cukup untuk memuat barang – barang itu hehe)karena kami itu orangnya panik semuanya dibawa.

Dan, kami dan beberapa teman ayah kami membawanya ke IGD tepatnya di RSU Anutapura Palu.Sebenernya Mamah kami tidak bisa menyetir mobil pada malam hari, tapi karena kondisi ya sudahlah.

Setibanya di rumah sakit,kami dan teman teman ayah kami langsung cepat menurunkan dirinya dari mobil untuk mendapat perawatan intensif di IGD.Jam 8 pun ayah kami sudah sadarkan diri,syukurlah.

Saya sangat yakin dan tahu,bahwa selama sehari tersebut Mamah kami belum makan sama sekali karena terus memikirkan ayah kami. Kemudian, Mamah bilang kepada kami “Manda Karin Mas pada laper ga?kalo laper nih beli makanan di depan terserah mau beli apa.. tapi hati hati nyebrang nya liat kiri kanan ada motor mobil”. Ya udah akhirnya kita sudah selesai makan,dan saya pun sudah menawarkan Mamah saya pada saat itu.

saat sat bahagia karin, manda dan faiz bersama mamahnya almarhum Vonny yang dikebumikan dengan protokol covid 19 di Palu. (Dokumen karina larasati

‘’Mah,ini makan dulu yaa ma..amma harus makan nanti pusing,Amma kan belum makan seharian”. Tapi,Mamah saya tidak ingin makan apapun walaupun kami sudah memaksanya untuk menawar segala macam.

Beberapa jam kemudian,ayah kami dipindahkan ke ruangan lain…kami sangat lelah pada saat itu,kami ingin istirahat ingin tidur.Kami pun memejamkan mata,tapi tak pernah berhasil sepertinya sulit sekali untuk memejamkan mata.

Pada akhirnya,kami berempat pun tidak tidur pada malam itu.Mamah kami memutuskan,untuk pulang dulu balik ke rumah jam 4 subuh…karena Mamah saya sudah cape,ingin istirahat saja tidak bisa😥

Dua hari kemudian, ayah kami dimasukkan ke ruang isolasi. Pada saat Ayah kami sudah menempati ruangan isolasi tersebut,saya Karina dan Mamah saya bulak balik terus ke rumah sakit, untuk membelikan sekaligus mengantarkan makanan dan keperluan ayah kami di sana.

Saya dan Mamah kami mengantarkan apa yang dibutuhkannya,tetapi kami menitipnyamelalui satpam yang ada pada saat menjaga pintu masuk ruangan tersesut.

Hari demi hari berjalan, kami berdua sangat cape.. mengapa kami harus bulak balik pergi ke rumah sakit terus …Mamah saya disitu sudah mengeluh “Rin,Mamah cape bulak balik nganterin keperluan papa kamu ke rumah sakit,Mamah udah ga kuat”. Saya Karina pun menjawab “Iya Mah,aku juga pusing cape ke rumah sakit terus”

saat sat bahagia karin, manda dan faiz bersama mamahnya almarhum Vonny yang dikebumikan dengan protokol covid 19 di Palu. (Dokumen karina larasati

Seminggu lebih kemudian, Mamah kami pada tanggal 4 April 2020 merasakan fisik yang sangat aneh. Ia bercerita dengan kami bahwa ada yg aneh apa yang dirasakannya saat itu.

Mamah saya merasa pusing, tenggorokan nya sakit,demam pun cukup sangat tinggi dan batuk.Mamah kami pada saat itu susah sekali untuk makan,minum air putih pun harus memakai sedotan karena tenggorokan nya sakit.

Lalu esoknya, Mamah kami diperiksakan ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan untuk mengetahui apa yang terjadi pada tubuhnya.Dengan sangat terpaksa, Mamah kami diantarkan oleh Saif (adik saya) yang berusia 13 tahun pada malam hari tepatnya sehabis solat isya.

Kami berdua Amanda dan Karina tidak diizinkan untuk ikut ke rumah sakit, karena Mamah saya takut dan khawatir bahwa disana banyak virus, lebih baik kami dirumah saja.

Akhirnya Mamah kami sudah selesai diperiksa dan dibawa ke rumah sakit,Mamah dan adik saya tiba di rumah sekitar jam 23:30 dini malam hari.

Pada tanggal 6 Maret tepatnya jam 9 pagi hari, Kami berempat masuk rumah sakit dibawa memakai ambulance untuk melakukan rontsen. Karena Mamah kami tidak bisa mengendarai mobil pada saat itu dikarenakan kondisi nya yang kurang sehat.

saat sat bahagia karin, manda dan faiz bersama mamahnya almarhum Vonny yang dikebumikan dengan protokol covid 19 di Palu. (Dokumen karina larasati

Sudah tiba dirumah sakit ,kami pun melakukan rontsen dan melakukan swab test untuk mengetahui apakah kita terjangkit virus tersebut atau tidak.Lalu dokter mengabarkan bahwa kami harus dirawat dirumah sakit.

Dua hari kemudian, Mamah saya keliatan sangat begitu aneh dan begitu pucet wajahnya. Dokter dan juga perawat menyarankan kepada kami ketiga anaknya “Amanda Karina dan Saif kalian sebaiknya pulang duluke rumah ya, karena kami khawatir ibu kalian ini positif corona. Kami tim medis RSU Anutapura tidak ingin kalian bertiga terpapar virus ini juga, tetapi harus ada satu orang yang menemani ibu disini. Pada saat itu kami bertiga sangat bingung apakah harus pulang ke rumah atau tidak,bila kami pulang ke rumah ..lalu siapa yang menemani Mamah saya disini ?. Ya sudah, akhirnya kami di izinkan oleh dokter untuk mendapatkan perawatan juga disini demi pencegahan bersama.

Hari demi hari, Mamah kami kondisi nya semakin drop semakinmemburuk. Kami sedih dan panik,kenapa Mamah saya terus ingin menambah angka pada oksigen nya, padahal oksigen yg dimiliki ibu saya sudah sangat cukup tidak bisa lagi ditambah.

Tetapi Mamah saya mengatakan bahwa kurang oksigen nya segitu,aku ga bisa bernafas. Dan juga dokter serta tim medis disini mengabarkan bahwa obat yang diminum ibu ini ialah obat yang sangat sudah top di atas dan oksigen nya pun sudah paling atas tidak bisa lagi ditambah angka yg ada pada tabung oksigen nya.

Tentu banyak sudah hari – hari yg kami lewati bersama dengan penuh suka duka silih berganti, yang dimana kami bersama harus menjalani semua protokoler oleh tim medis RSU Anutapura Palu beserta jajarannya , utk menangani melawan covid 19 yg mematikan ini.

Kalian akan selalu kami anggap sanak saudara, keluarga dekat, sahabat apapun yang bisa mendeskripsikannya. Jasamu sangat terkenang dalam benak, senantiasa menghibur dan memotivasi walau dalam hati sedang berperang dengan luka dalam. ***

Oleh: Karina Larasati

Berita terkait