Inspiring Milenial: Perjuangan Mahasiswa Penyintas di Tengah Pandemi

  • Whatsapp
mahasiswa untad tinggal di Huntara/ft: Alsih Marselina

Palu,- Wabah Pandemi Covid-19 telah membuat banyak masyarakat di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) merasakan adanya penurunan perekonomian. Termasuk juga Anggra Yusuf, seorang mahasiswa di Universitas Tadulako (Untad) yang sampai saat ini masih aktif dalam mengikuti proses perkuliahan.

Mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) itu juga merupakan salah satu dari korban Gempa Bumi dan Tsunami pada Tahun 2018 silam.

Anggra Yusuf termaksud salah satu mahasiswa yang kreatif dan juga aktif dalam kegiatan Kelembagaan di Kampusnya, ia juga pernah menjabat sebagai Wakil ketua Himpunan Mahasiswa Intelektual Ilmu Komunikasi.

Virus mematikan Covid-19 telah membuat perekonomian keluarganya makin terpuruk, karena Ayahanda dari Anggra sendiri telah menjadi salah satu karyawan yang harus di Rumahkan.

“Saya merasa virus ini membuat perekonomian keluarga saya menurun apalagi ayah saya harus di pulangkan dari pihak instansi tempat ayah saya bekerja. Saya ingin mencari pekerjaan untuk meringankan beban keluarga,” ucap Anggra kepada Kailipost.com, Sabtu (16/05/2020).

Namun, Pria kelahiran 28 September 1996 itu tidak menyerah kepada keadaan. Berbagai upaya akan ia lakukan, meskipun kini masih harus menetap di Huntara karena sudah tidak memiliki rumah yang telah luluh lantak terseret Tsunami pada 28 September 2018 lalu.

Di Bulan Suci Ramadhan ini, Anggra mengatakan bahwa ingin sekali mendapatkan pekerjaan meskipun hanya sebagai penjaga Toko baju. Agar dapat membiayai hidupnya sendiri sembari mengurangi beban yang dipikul Ayahnya.

“Di Bulan Suci Ramadhan ini banyak sekali Toko baju yang menambah karyawan untuk membantu di Toko, biarpun hanya menjadi penjaga Toko baju setidaknya beban ayah saya dapat berkurang,” imbuhnya.

Semenjak Bulan Suci Ramadhan dan adanya Covid-19 kehidupan Anggra di Huntara memang semakin sulit. Ia mengaku bantuan yang di bagikan hanya sesekali saja, itupun bantuan untuk berbuka puasa seperti Takjil. Sementara bantuan untuk pencegahan Covid-19 berupa masker, serta ember dan sabun untuk mencuci tangan.

Kemudian, Anggra juga mengaku ingin mengerjakan Skripsi agar dapat segera menyelesaikan pendidikannya di Strata Satu (S1) namun hingga saat ini masih terkendala karena tak memiliki laptop.

“Saya ingin cepat segera mungkin untuk menyelesaikan pendidikan tetapi terkendala dengan Laptop karena saat ini belum mampu untuk membelinya. Terpaksa saya meminjam punya teman,” ungkapnya.

Terkadang, Anggra pun merasa sedih dengan keadaan keluarganya, tetapi itu bukan alasan untuk membuat dirinya menjadi seorang yang lemah.

“Selama saya mampu saya akan tetap semangat dalam menjalani keadaan dan juga pendidikan harus di nomor satukan dalam moto hidup saya” imbuhnya.

Ia pun berharap bencana alam Tsunami yang pernah mengalami keluarganya tidak akan lagi menghampiri keluarganya dan semua masyarakat Kota Palu, demikian pula dengan wabah Covid-19 agar dapat segera berakhir dan proses perkuliahan serta aktivitas masyarakat bisa kembali normal.

“Saya berharap kepada semua kawan-kawan Milenial agar tetap selalu semangat dalam menjalani kehidupan apapun yang terjadi dan tetap harus selalu bersyukur,” tutupnya memberi pesan kepada kaum Milenial. ***

Reportase: Alsih Marselina

Berita terkait