Sigi,- Berkaitan dengan bencana alam yang belakangan sering terjadi di wilayah Kabupaten Sigi, Sanggar Seni TaluArt membuka kegiatan dialog terbuka mengenai kesiapsiagaan bencana dalam perspektif lokalitas menuju tatanan baru, Sabtu (29/08/2020).
Acara tersebut menghadirkan narasumber Arkeolog Sulawesi Tengah (Sulteng) yakni Iksam Djorimi, Fasilitator Destana yakni Arif Lukman dan Akbar Po Le Lea selaku Ketahanan Pangan Sigi.
Bupati Sigi, Irwan Lapata yang turut hadir dalam kegiatan tersebut memberi apresiasi dan berharap kegiatan ini membuahkan hasil yang bisa diterapkan pada masyarakat dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Kemudian, Iksam Djorimi dalam pemaparannya mengatakan bahwa peran pemuda sangat dibutuhkan dalam hal mempersiapkan diri menghadapi bencana. Walaupun begitu kesiapsiagaan ini tetap harus diterapkan semua masyarakat di wilayah rawan terjadi bencana karna sulit memprediksi kapan bencana itu akan datang.
“Hal ini harus diterapkan semua masyarakat, khususnya kepada pemuda yang ada di desa-desa rawan terjadi bencana di wilayah Sigi, dalam hal ini mungkin bisa membentuk pemuda relawan di setiap desa dan tentunya harus mendapat dukungan dari pihak pemerintah,” ujar Arkeolog Sulteng itu.
Iksam juga mengatakan bahwa hasil dari beberapa penelitian di daerah yang terkena Likuefaksi, bahwa tanah yang benar-benar asli berada kurang lebih 8 hingga 9 meter dibawah tanah yang selama ini kita pijak.
“Ada beberapa penelitian di daerah yang terkena dampak Likuefaksi mengatakan bahwa tanah yang benar-benar asli itu ada sekitar 8 sampai 9 meter di bawah tanah, sedangkan tanah yang selama ini dipijak, adalah tanah endapan,” tutupnya.***
Reporter: Rizky Ade