Pandemi Berkepanjangan, Perekonomian Pemulung di Palu Makin Lusuh

  • Whatsapp
Ft: Windi Kartika

Palu,- Di masa pandemi Covid-19 yang berkepanjangan hingga melintas ke tahun 2021 ini telah menimbulkan paceklik ekonomi di hampir semua sektor Pekerjaan. Tak terkecuali juga para pemulung yang ada di pinggiran Kota Palu.

Dibatasinya kegiatan saat pandemi Covid-19 dan anjuran Pemerintah untuk tetap di rumah saja, membuat penghasilan mereka menurun. Pasalnya mereka lebih sulit untuk mendapatkan botol-botol bekas maupun barang-barang bekas lainnya untuk dapat mereka tukar dengan rupiah.

Seperti halnya Nurlia (55), warga Kalikoa, Kota Palu. Ibu dengan 5 orang anak itu sudah 30 tahun menjadi pemulung. Dalam bekerja Nurlia mengaku dirinya berangkat bekerja selepas sholat Subuh dan pulang pada malam hari sekitar pukul 22.00 WITA.

Meskipun setiap hari memulung, Nurlia mengaku hanya akan mendapatkan uang setelah mengumpulkan barang bekas selama 1 minggu lamanya. Namun, perjuangannya tersebut seperti tak sebanding dengan apa yang didapatkan. Dalam sekali menimbang Nurlia hanya akan mendapatkan uang sebanyak Rp20-30 ribu saja.

“Kalau untuk pendapatan, tidak menentu dapatnya berapa biasa dapat dos saya kumpul-kumpul nanti sudah satu minggu baru saya jual. Dan itupun pas di timbang dapatnya tidak seberapa paling dapat 20-30 ribu saja, tapi berapapun itu tetap saya syukuri. Karena kalau cuman mau mengharap bantuan dari Pemerintah juga percuma, karena saya belum pernah dapat bantuan apapun itu selama ini,” akunya kepada kailipost.com, Jum’at (08/01/2021).

Kisah hidup yang serba pas-pasan juga membuat Nurlia bersama suami tidak mampu menyekolahkan anakya hingga ke perguruan tinggi. Kelima anaknya hanya bersekolah hingga tamat SD saja.

“Anak-anak saya sudah tidak ada yang sekolah karena memang tidak ada biayanya. Suami saya hanya menjadi tukang parkir dan pendapatannya hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Apalagi sekarang korona, biasa suami saya pulang hanya bawa uang 10 ribu saja karena memang sepi,” ungkapnya.

Nurlia pun berharap agar kiranya Pemerintah lebih memperhatikan lagi kaum kecil sepertinya. Karena selama ini ia dan beberapa pemulung yang juga rekannya mencari barang bekas bernasib. sama tak mendapatkan bantuan sosial dari Pemerintah.

“Jika dapat bantuan kan bisa dijadikan modal usaha, kita berjualan. Supaya kita tidak kesana kemari lagi dorong gerobak cari barang rongsokan,” pungkasnya.***

Reporter: Windy Kartika

Berita terkait