Prof Khairil: Anak Muda Rentan Terpapar Radikalisme

  • Whatsapp
Dr Muhammad Khairil, S,Ag/Ft: Ist
banner 728x90

Palu,- Paham radikalisme di Indonesia dan tindakan teror yang dilakukan oleh oknum-oknum yang cenderung merusak tatanan berkehidupan, menjadi perhatian Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Bahkan telah menjadi komitmen nasional jika kampus di Indonesia harus mendapat pantauan ketat termasuk calon pemimpin perguruan tinggi ke depan.

Demikian rangkuman para pengamat nasional dan pemerintahan saat ini. Berkenaan dengan itu, untuk tataran Sulawesi Tengah, Prof Dr Muhammad Khairil, selaku pengamat komunikasi terorisme Universitas Tadulako (Untad) mengatakan, anak muda masih menjadi kalangan rentan terpapar radikalisme. Prof Khairil menilai, isu radikalisme saat ini masih hangat menyusul insiden bom bunuh diri di Makassar dan penyerangan di Mabes Polri beberapa waktu lalu.

“Setiap potensi penyebaran paham radikal di Indonesia harus ditutup. Kita harus membangun kewaspadaan generasi muda terhadap penyebaran ideologi radikalisme melalui sosial media. Apalagi isu radikalisme masih menjadi topik hangat hingga saat ini,” kata Prof Khairil yang juga Dekan FISIP Untad itu, Kamis (8/4/21).

Sehingga, kata dia, atas nama pribadi, juga sebagai warga negara, tentu sangat prihatin, sedih, kecewa bahkan mengutuk berbagai tindak terorisme yang terjadi. Tidak satu pun agama yang membenarkan tindak terorisme.
Kita semua sepaham dan sepakat, bahwa tindak teroris adalah musuh bagi kemanusiaan, juga musuh bagi semua pemeluk agama.

“Kasus Terorisme termasuk pengeboman akan selalu menjadi “bom waktu” yg apabila kita mulai lalai maka disitulah potensi serangan kelompok teroris kembali muncul,” jelasnya.

Prof Khairil melanjutkan, rangkaian tindak terorisme yang ada di makasar dalam pandangannya, tidak lepas dari berbagai jaringan terorisme yang, ada khususnya di Indonesia. Kasus pemboman, kata dia, yang terjadi ini tentu bukan rencana satu dua hari, tetapi sudah menjadi bagian rencana sistemik yang sudah direncanakan jauh-jauh sebelumnya.

“Mari kita saling menahan diri untuk tidak mudah mengambil kesimpulan, menyebarkan berita hoax dan terlebih kita saling menjaga untuk tidak menyebar kebencian diantara pemeluk agama,” tandasnya. ***

Reporter: Yohanes Clemens

Berita terkait