DUA Hari ini saya membaca tulisan menarik DR Hasanuddin Atjo di media sosial, laman facebook. Judulnya menarik ‘Miskin Struktur Kaya Fungsi’ intinya birokrasi dapat lebih cepat melayani, tidak boros dan tumpang tindih fungsi akibat terlalu banyak jabatan struktural di birokrasi.
Pak doktor Hasanuddin Atjo memang mantan birokrat smart menurut saya. Beberapa kali diskusi dengannya enak. Kaya ide, imajiner dan satu satunya eks birokrat Sulteng tapi sekarang justru lebih sibuk menjadi konsultan di perusahaan dan bahkan sebuah departemen pemerintah.
Tapi, ide dan gagasan ‘doktor budidaya udang paname’ kali ini soal birokrasi saya anggap justru sudah jauh tertinggal. Mungkin itu sudah ide lama yang hingga kini menjadi wacana bahkan cita – citanya. Praktisnya, era sudah berubah. Bukan saja struktur harus miskin, tapi struktur era digital harus benar – benar struktur yang solid.
Untuk apa miskin struktur tapi tidak solid. Tidak bisa setiap saat dikontrol dan dievaluasi? Demikian juga fungsi. Bukan hanya kaya fungsi, era digital menagih birokrat yang mampu menjadi fungsi melayani dan kontrol selama 24 jam.
Maaf. Birokrasi di Indonesia sudah terlanjur dihegemoni oleh kultur dan sosial masyarakat sebuah daerah. Sama wataknya. Birokrasi minta dilayani. Bukan melayani. Ada anggapan kalau jadi birokrat itu jabatan terhormat di kelas sosial. Prestise. Apalagi naik mobil dinas. Ada sopir dan seterusnya seterusnya.
Kita sudah masuk pada dunia digitalisasi. Semua perusahaan di dunia ini dalam sebuah satu genggam jejaring IT. Harusnya, sudah waktunya digitalisasi birokrasi disiapkan. Tidak bicara lagi struktur dan fungsi harus begini begono. Praktis nanti akan menjadi konsekwensi mana struktur yang tidak memiliki daya dukung melayani secara digital akan dengan sendirinya out service.
Birokrasi Digital. Atau digitalisasi birokrat. Demikian saya istilahkan. Berikut wawancara eksklusif saya dengan Gubernur terpilih Rusdy Mastura usai makan Sahur di 21 ramadhan 1442 hijriyah (imajiner); Begitu kak Cudi usai dilantik, ia memanggil semua kepala kepala dinas dan kepala badan didampingi wakil gubernur Makmun Amir.
Kak Cudi menjelaskan akan mengusulkan Revisi APBD 2021 agar selaras dengan Visi Misinya. Surati DPRD Sulteng, lobi politik dan tok digelar rapat paripurna revisi APBD 2021.
Depan para kepala dinas dan kepala badan, Kak Cudi sampaikan niatnya ‘Birokrasi Digital atau Digitalisasi Birokrat’ – Breakdownnya; Dalam Revisi APBD 2021 akan Disekolahkan Khusus/Kilat Birokrat Birokrat Muda usia 30 – 40 untuk melek ‘Digitalisasi’
Revisi APBD 2021 fokus ke satu atau dua bahkan cukup tiga program tapi Fokus dan Terarah. Mungkin soal Bansos Pandemi, Sekolah Digital dan satu lagi apa. Semua fokus selama 2021.
2022 : Birokrat usia 30 – 40 pasca sekolah khusus IT disebar ke dinas tehnis. Dinas melayani. Pakemnya harus itu. Birokrat birokrat muda berwawasan digital tadi Siap work from home 24 hourse. Diciptakan birokrat yang melayani berwawasan digital.
Desember 2021 ; Kak Cudi Lounching ‘The Rising ASN Digital’ Sulawesi Tengah. Pada tahun itu juga disiapkan dinas tehnis yang siap melayani dan berbasis website dan jejaring tehnologi. Dinas yang tidak pure melayani harus berani ditutup alias kotak jabatannya tak usah dilelang. Tiap dinas tehnis memberikan layanan berbasis online 24 jam, terkontrol, terintegrasi dengan website gubernur dan wakil gubernur. Bila ingin evaluasi atau monitoring cukup webinar atau daring setiap saat. On time. kerenkan?
Mobil mobil dinas pejabat eselon 2 sampai 4 yang otomatis tidak terpakai karena ‘Birokrasi Digital’ ya sebaiknya dilelang saja. Agar tidak beban daerah untuk service mobil ganti ban dan lain lain. Jual dengan murah, uangnya masukan ke kas daerah. Jadikan Bansos Jaring Pengaman Pandemi Korona 2023. Yes kan?
Birokrasi Digital akan menekan belanja rutin yang boros. Service AC ruangan pejabat, beli pengharum, Mamin (makan minum) rapat rapat yang kadang puluhan miliar rupiah hanya setiap OPD. Pangkas semua, jadikan belanja publik. Kontrol secara online setiap kebijakan. Tiap pekan dievaluasi oleh birokrat birokrat muda berwatak ‘sableng digital’ itu. Korupsi langsung hilang. Efisiensi langsung kelihatan.
2023 : Kak Cudi Sudah Dapat Penghargaan Nasional oleh Presiden Jokowi sebagai ‘Gubernur Yang Sukses Di Masa Pandemi’ dengan Merubah Watak Birokrasi Menjadi Birokrasi Digital. Birokrasi yang siap melayani dengan sebuah sistem IT dari rumah selama 24 jam.
2023 : Sistem Birokrasi Di Pemprov Sulteng menjadi ‘Percontohan Birokrasi Tetangga’ Melayani di Masa Pandemi. Di saat usai wawancara, Kak Cudi mengatakan ‘’Kita Sudah Sejajar dengan daerah lain. Kita sudah Mengurangi Kemiskinan karena kita menekan belanja rutin birokrasi untuk Kesejahteraan. Kita Sudah Memberikan bantuan sangat lunak kepada UMKM yang memiliki basis E – Commerce produk lokal menjangkau dunia,’’ ujar Kak Cudi yang duduk di kursi rumah kayunya dengan kaos bertuliskan ‘The Winner Cudi’ ***
Oleh : andono wibisono