Cara Bank Sulteng KC Parimo Bantu Pelaku Usaha Terdampak Pandemi

  • Whatsapp
banner 728x90

Parimo,- Selama masa pandemi Covid-19 berlangsung, telah berdampak buruk bagi pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM). Tak sedikit pelaku usaha baik yang dijalankan perorangan, rumah tangga maupun badan usaha mengalami kesulitan mempertahankan usahanya agar tetap berjalan, imbas dari keterbatasan aktivitas kegiatan sosial.

Tak bisa dipungkiri, kondisi ini bukan hanya dirasakan bagi para usahawan di Kota Metropolitan, tetapi juga ikut menggerus usaha-usaha masyarakat di daerah, tak terkecuali di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).

Dalam situasi ini, Bank Sulteng selaku perbankan daerah yang diharuskan ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan pemulihan perekonomian rakyat tentu sangat diharapkan perannya, khususnya membantu permodalan para pelaku UMKM melalui program kredit kerakyatan.

Kepala Bank Sulteng Cabang Parimo, Alan Fajrin mengatakan, Bank Sulteng memiliki program KNK Melati yaitu suatu program dengan bunga rendah (0,3 persen) yang diprioritaskan bagi pelaku usaha terdampak pandemi.

Program ini mulai dicanangkan sekitar tahun 2018 terbentuk atas desakan, bahwa kondisi daerah Sulteng memiliki potensi di sektor pertanian yang tentu banyak para tengkulak. Melati sendiri singkatan dari Melawan Rentenir.

Menurut Alan, awalnya program Melati ini hanya diperuntukan ke sektor tertentu, tetapi demi bisa membantu sektor lain, maka Bank Sulteng kembali membuka di sektor lain agar lebih bervariatif seperti pertanian, perdagangan dan jasa.

Ia menjelaskan bahwa, program ini mempunyai masa angsuran selama 2 tahun dengan besaran pinjaman paling tinggi 50 juta bagi pemohon. Hal ini disebabkan sumber pendanaan di bank daerah sangat terbatas. Selain itu, demi menjadikan kredit Melati ini sebagai program bergulir agar bisa mengcover pelaku usaha kecil menengah lebih banyak.

Metodenya, bagi pelaku usaha yang mendapatkan program kredit melati maka diupayakan agar dapat memanfaatkan pinjaman modal berbunga rendah itu untuk membangkitkan usahanya. Sehingga berikutnya, pelaku usaha tersebut tidak lagi bermohon pada program ini, tetapi sudah pada pinjaman di program yang lebih meningkat seperti kredit umumnya. Ini dilakukan agar program Melati ini bisa diberikan ke pemohon formula lainnya.

Meski demikian, Alan mengaku bahwa keterbatasan tenaga petugas di lapangan menjadi faktor penghambat kecepatan pelayanan bagi calon nasabah (pemohon). Problem ini masih menjadi persoalan internal Bank Sulteng khususnya KC Parimo yang terus dibenahi.

Ia terus menekankan kepada petugas lapangan untuk tetap berupaya semaksimal mungkin agar jangan sampai terlalu lama memproses berkas pemohon kredit dari waktu yang diajukan, sehingga terkesan memberikan ketidakpastian kepada calon nasabah, utamanya pemohon di program kredit Melati.

“Ini harus kita rubah sudah harus ada tindakan cepat untuk memproses setiap pemohon pinjaman. Karena jika ini dibuat menunggu lama tanpa kepastian, maka akan menjadi polemik. Apalagi membuat pemohon menunggu sampai se bulan. Ini yang tidak boleh,” Jelas Alan.

Alan mengatakan, saat ini untuk realisasi dana khusus program kredit Melati oleh Bank Sulteng KC Parimo masih terbilang rendah yakni baru 5 hingga 8 Miliar sejak dua tahun terakhir yang apabila dipresentasikan baru berkisar 2 persen dari total secara konsolidasi penyaluran yang diberikan.***

Reporter: Supardi Musrip

Berita terkait