KABAR Duka kembali menerpa ratusan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Kota Palu. Lokasi usaha mereka ludes hangus dilalap bunga api membara, Selasa 29 Maret 2022 sekira pukul 21.35 Wita. Redaktur Website kailipost.com memberi pesan ke whatApps pribadi. Ia pun memutuskan mengeksekusi pemberitaan akibat saya slow respon.
Pasar Inpres Manonda, tepatnya berada di lingkar beberapa poros jalan Kecamatan Palu Barat Kota Palu. Luasnya hampir satu hektare. Terakhir terbakar pada April 2021. Entah kebakaran ini yang keberapa kali.
Setiap kebakaran disebabkan apapun pasti berakibat fatal bagi pedagang dan penjual kualifikasi UMKM. Jaminan hidup dan jaminan usaha kembali belum tentu secepat api melahap lapak usaha.
Tragedi kebakaran kualifikasi besar ini mudah – mudahan Pemkot segera merilis total kerugian material, jumlah penyintas non alam khususnya UMKM secara detail dan presisi.
Setelah itu dapat dimitigasi secara benar dan proporsional. Termasuk jaminan usaha kembali dan pengurusan keterangan apabila masih terkait dengan kredit usaha katagori mikro dan kecil.
Palu rawan bencana sudah terbukti. 4,6 bulan lalu tepatnya 28 September 2018 adalah maha guru dari semua pelajaran berharga kita semua. Palu Rawan bencana alam dan non alam.
Bencana alam karena posisi geografis yaitu adanya cesar Palu Koro. Bencana non alam juga dipengaruhi faktor cuaca, alam dan ini yang terpenting; tidak memiliki grand desain mitigasi bencana.
Ya Palu sebagai kota rawan bencana belum pernah saya dengar dan melihat cetak biru grand desain sebuah kota yang arif dengan bencana Dimana kota yang Berbasis Mitigasi Bencana.
Pasca bencana alam 7,4 SR, tsunami dan likuifaksi kita masih minim pendidikan kebencanaan bagi anak anak usia dini, anak sekolah dasar, titik evakuasi dengan rambu – rambu yang diletakkan di wilayah – wilayah strategis dan jalan raya, sekolah – sekolah, rumah ibadah dan pasar serta rumah sakit.
Bencana selalu berulang dan pemerintah masih dalam tataran sebagai ‘pemadam api’ bukan mengantisipasi bencana dengan proyek mitigasi yang berbasis ilmu pengetahuan dan prudent.
Saya berkhayal satu ketika kota ini basis mitigasi bencananya sangat terstruktur, terencana dan masif. Warganya memahami dengan smart. Apalagi tekadnya ingin menciptakan smart city. Bahagia warganya, bahagia kotanya.
Misalnya; nanti di sebuah kecamatan ada pusat pengendali kebencanaan satu atap. Di sana ada semacam Pos Rescue dan Penyelamatan Warga. Ada mobil pemadam, ada dokter piket, ada kepolisian, ada Sat Pol PP dan memiliki Call Center 24 Jam Pelayanan Publik.
Misalnya; di setiap pasar ada mobil pemadam kebakaran. Ada kordinasi dengan PLN soal tata laksana listrik dalam pasar dan luar pasar. Pasar Inpres Manonda padahal sudah ditata sebelumnya oleh Pemkot.
Sisa sekarang Wali Kota Hadianto memperbaiki dan menambah lebih kenyamanan berusaha warganya. Jalan lingkar pasar sudah tertata. Drainase sudah baik. Akses dalam dan luar pasar sudah tertata. Yang tidak ada adalah menjadikan pasar itu aman dengan mitigasi bencana yang terencana.
Sebagai warga kota yang bercita menjadi smart city mengapresiasi Wali Kota Hadianto. Mesti sudah dapat dipikirkan sebuah aplikasi yang mengelola mitigasi bencana berbasis digitalisasi. Mudah dikontrol dan diantisipasi. Di mulailah dari titik yang saya sebut di atas sebagai pusat pelayanan publik vital.
Rentang kendalinya ya Pos Terpadu di setiap kecamatan. Karena pespektif kebakaran apapun mesti dilihat sebagai sebuah bencana dan penting dipahami dari semua prespektif. Di sana akan ada penyintas, ada korban jiwa, ada korban akses ekonomi, akse usaha, akses pendidikan anak anak yang menjadi korban dan seterusnya dan seterusnya. Kebakaran bukan hanya domain satu OPD saja harusnya.
Semoga Palu sebagai kota yang pernah diberi pelajaran berharga atas bencana alam, kiranya lebih bijak dan arif belajar sejak sekarang.
Kita boleh bercita-cita jangka pendek semacam penghargaan dan lain – lain. Tapi kita juga mesti menciptakan kota yang sadar akan bahaya bencana, kota yang nyaman karena memiliki mitigasi bencana yang baik. Indah kotanya, Nyaman dan Tenang warganya. ***
Oleh : Cak Ando (praktisi media)