Editor/Sumber: Faqih Azzura/CNBC.Indonesia
Jogja- Indonesia masih harus bersiap dengan apa yang akan terjadi 2023 mendatang. Kata kata itu dikeluarkan oleh Menteri Perekonomian Sri Mulyani. Sri Mulyani mengatakan ancaman bagi negara Indonesia bukan lagi tentang Covid-19.
“Tadi kami sampaikan kondisi 2023 diharapkan akan ditandai pandemi yang mulai menurun dan masuk pada periode endemi. sehingga ini akan jadi salah satu hal yang diharapkan mengurangi beban dan kurangi tekanan terhadap masyarakat dan perekonomian,” jelas Sri Mulyani.
Akan tetapi ada sederet tantangan harus dihadapi, antara lain perang antara Rusia dan Ukraina. Perang yang sudah berlangsung sejak Februari 2022 tersebut telah mendorong kenaikan harga komoditas dan pangan internasional. “Namun tahun depan, akan muncul risiko baru dari sisi munculnya perang di Ukraina dan ketegangan geopolitik yang menyebabkan kenaikan harga komoditas dan kemudian mendorong inflasi tinggi di seluruh dunia terutama di negara-negara maju,” paparnya.
Inflasi negara maju secara rata-rata akan naik menjadi 5,7% dan negara berkembang menjadi 8,6%. Lonjakan inflasi akan direspons oleh banyak negara dengan pengetatan kebijakan moneter. Seperti yang kini sudah dilakukan oleh Amerika Serikat (AS). Beberapa negara maju dan berkembang lainnya kini bersiap mengambil kebijakan yang senada.