Jokowi Temui Pemimpin Rusia-Ukraina, Tawarkan Usulan ‘Koridor Pangan’

  • Whatsapp
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron (tengah) dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Elmau, Jerman, Senin (27/6/2022) (ANTARAFOTO/Laily Rachev)

Indonesia juga kena ancaman krisis pangan

Dalam laporan FAO awal bulan ini disebutkan ancaman krisis pangan dunia tahun ini akan semakin mengkhawatirkan karena krisis Ukraina-Rusia.

Rusia dan Ukraina mengekspor hampir 30% gandum dalam perdagangan internasional pada 2021, dan juga merupakan negara eksportir terbesar bagi komoditas pangan lainnya, seperti jagung, dan minyak nabati.

Sementara, Rusia merupakan produsen terbesar hidrokarbon, dan pengekspor pupuk dunia.

Pada April 2022, Indeks Harga Pangan FAO meningkat 17% lebih tinggi dibandingkan pada Januari 2022, dan harga serealia meningkat lebih dari 21% sejak Januari.

Harga minyak mentah dunia juga mengalami peningkatan antara Januari dan April 2022, dengan harga minyak Brent yang meningkat hingga 24,5%.

Masih dari laporan FAO, sejak 2020, angka kemiskinan terus tumbuh di seluruh dunia, sejalan dengan jumlah orang yang mengalami kerawanan pangan.

Bank Dunia memperingatkan bahwa setiap persentase kenaikan dalam indeks harga pangan akan mendorong 10 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem di seluruh dunia.

Menurut proyeksi Program Pangan Dunia (WFP), akibat terganggunya pasokan minyak dan pangan dari Rusia dan Ukraina ini akan meningkatkan 47 juta orang masuk pada kategori kerawanan pangan akut, dengan terbesar di Afrika sub-Sahara.

Berdasarkan simulasi FAO, jumlah orang kurang gizi secara global akan meningkat antara 7,6 dan 13,1 juta orang pada 2022/2023 sebagai dampak dari konflik ini.

Namun, Indonesia tak luput dari efek krisis Ukraina-Rusia. Indonesia merupakan negara importir hampir 100% gandum.

Ukraina menempati posisi negara ketiga negara eksportir biji gandum dan meslin bagi Indonesia. Dalam sepuluh tahun terakhir, nilai impor dari Ukraina ini terus meningkat.

Sementara sejak invasi Rusia berlangsung, produksi gandum dunia menurun hingga -8%.

“Impor gandum kita 2021 kemarin 11,7 juta ton, luar biasa besar. Dan saat ini sudah 27% pangan kita ini dipasok oleh gandum,” kata guru besar IPB, Profesor Dwi Andreas Santosa.

Dalam jangka pendek dan menengah, harga produk turunan gandum seperti roti, mi, tepung terigu, dan kue-kue diperkirakan akan melonjak, karena harga saat ini “masih menggunakan kontrak lama”.

“Tetapi gandum kemungkinan besar periode 2020-2023 ini akan menurun produksinya, karena produsen gandum Ukraina dan Rusia mengalami gangguan,” tambah Profesor Andreas.

Bukan hanya itu, Indonesia juga masih mengalami ketergantungan impor pangan lainnya seperti kedelai, jagung, dan gula.

Harga-harga ini juga diperkirakan akan terdongkrak seiring kenaikan harga gandum dunia.

Oleh karena itu, Andreas mendorong pemerintah meningkatkan produksi beras sebagai langkah antisipasi krisis Ukraina-Rusia akan terjadi selama bertahun-tahun ke depan.

“Kecuali dalam dua tiga tahun ke depan terjadi bencana kekeringan di beberapa wilayah pangan produsen utama. Kalau itu terjadi, ya habis sudah,” tambahnya.

Selain itu, Indonesia juga masih impor pupuk dan jagung dari Rusia.

Berita terkait