Wanita di AS Meninggal Usai Terinfeksi Virus Powassan yang Disebarkan Kutu, Seperti Apa Gejalanya?

  • Whatsapp
Virus Powassan disebar oleh kutu dan menulari manusia. (CDC/CDC)

CDC juga mencatat satu dari 10 kasus mengalami infeksi otak, dikenal sebagai ensefalitis atau selaput yang mengelilingi otak, dan sumsum tulang belakang (meningitis).

Dalam kasus seperti itu, gejala yang mungkin dialami antara lain kebingungan, kehilangan koordinasi, kesulitan berbicara serta kejang.

Infeksi virus Powassan pun mengakibatkan masalah kesehatan jangka panjang, pada 50 persen kasus yang parah.

Belum ada vaksin virus Powassan

Sayangngnya, hingga saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah virus Powassan yang ditularkan melalui gigitan kutu ini. Tak hanya itu, pengobatan khusus untuk infeksi juga belum ditemukan.

Biasanya, orang dengan penyakit parah memerlukan perawatan di rumah sakit, bahkan bantuan pernapasan, hidrasi, serta obat anti-inflamasi untuk mengurangi pembengkakan di otak.

Oleh karena itu, upaya untuk mencegah infeksi virus Powassan dapat dilakukan dengan mencegah gigitan kutu, antara lain:

~ Menghindari daerah berhutan dan semak dengan rumput tinggi (habitat kutu)

~ Menggunakan obat nyamuk dan merawat pakaian dengan permetrin pengusir

~ Melakukan pengecekan keberadaan kutu terutama setelah mengunjungi tempat-tempat biasanya kutu hidup

Komisaris kesehatan negara bagian, Dr Manisha Juthani memperingatkan bahwa kematian terbaru dari virus merupakan tanda bagi masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan sejak dini.

“Menggunakan obat nyamuk, menghindari area yang mungkin ada kutu, dan mengecek (apakah ada) kutu setelah berada di luar dapat mengurangi kemungkinan Anda atau anak Anda terinfeksi virus ini,” ujarnya.

Menurut CDC kasus yang disebabkan virus ini sangatlah jarang, dengan hanya 10 kasus yang dilaporkan antara tahun 2011 hingga 2014.

Meski begitu, virus tersebut patut diwaspadai mengingat wilayah Connecticut telah melaporkan 12 kasus antara tahun 2017 sampai 2021. Dua di antaranya mengalami kefatalan dan meninggal dunia.

Sementara itu, faktor seperti peningkatan suhu dan kelembapan, serta peningkatan populasi rusa maupun tikus disebut telah berkontribusi pada perluasan populasi kutu. ***

Editor/Sumber: Rizky/kompas.com

Berita terkait