Rapat Perdana TGIPF Tragedi Kanjuruhan, Rekomendasikan Sanksi

  • Whatsapp
Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan pemerintah akan membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengungkap tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang, usai laga Arema FC Vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Jakarta,- Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tentang Tragedi Kanjuruhan Malang yang dipimpin Menko Polhukam Mahfud MD, telah melakukan rapat perdana di kantor Kemenko Polhukam Jakarta, Selasa (4/10/2022).

Dalam rapat perdana tersebut, TGIPF menghasilkan sejumlah kesimpulan di mana salah satunya bakal merekomendasikan pemberian sanksi bagi pihak yang terbukti melanggar dalam kasus tewasnya lebih dari 100 suporter Arema atau Aremania di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

“Tim akan merekomendasikan penjatuhan sanksi bagi pihak-pihak yang melakukan pelanggaran,” kata Menko Polhukam Mahfud MD dalam keterangannya, Rabu (5/10/2022).

Mahfud mengatakan TGIPF bersepakat bekerja dan mencari akar masalah, serta memberi rekomendasi untuk menghentikan masalah-masalah kerap terjadi di dunia sepak bola Indonesia. Menurutnya pemerintah seringkali membentuk tim yang merespons peristiwa kerusuhan pertandingan sepak bola, bahkan yang berujung maut. Namun, sambungnya, selalu tidak pernah mengalami perubahan.

“Sehingga akar masalahnya harus dikemukakan oleh tim ini, untuk kemudian direkomendasikan apa yang harus dilakukan agar tidak terulang di masa yang akan datang,” kata Mahfud.

Mahfud juga menargetkan tiga minggu ke depan TGIPF sudah bisa menyampaikan hasil kerjanya ke Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, ia berharap bisa lebih cepat dari target tersebut.

“Untuk hal-hal yang sifatnya teknis, tim ini akan terus bekerja sesuai rencana yg sedang disusun, yang teknisnya akan diatur dalam bentuk koordinasi berkesinambungan oleh Bapak Nur Rochmad, sekretaris tim ini,” kata mantan hakim konstitusi itu.

Sebagai informasi lebih dari 120 suporter Arema FC tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan. Tragedi ini bermula ketika aparat mencoba membubarkan Aremania ke lapangan usai laga Arema FC versus Persebaya. Dalam laga di Stadion Kanjuruhan itu disebutkan tak ada suporter Persebaya atau Bonek yang menonton langsung di sana.

Dalam rangkaian upaya membubarkan massa di lapangan, aparat menggunakan gas air mata–yang berdasarkan kesaksian dan juga rekaman video beredar dilontarkan pula ke arah tribun.

Para suporter yang berada di tribun panik, sehingga berupaya berdesak-desakan keluar dari stadion. Di tengah kepanikan itu, banyak penonton mengalami sesak napas, terjatuh, dan terinjak-injak hingga tewas. Atas kejadian ini, pemerintah membentuk TGIPF untuk menyelidiki dan mengusut tuntas tragedi nahas tersebut. ***

Editor/Sumber: Rizky/cnn indonesia

Berita terkait