Jakarta,- Menparekraf Sandiaga Uno memilih untuk tutup buku soal perjanjian utang Eks Gubernur DKI Anies Baswedan senilai Rp 50 miliar, dan ingin fokus menatap pemilu 2024 mendatang.
Diketahui, adanya perjanjian itu diungkapkan oleh Erwin Aksa di YouTube Akbar Faizal. Erwin Aksa telah mengizinkan pernyataannya dalam video untuk dikutip.
Erwin, yang kala itu menjadi pendukung Anies-Sandi di Pilgub DKI 2017, menceritakan uang tersebut dibutuhkan agar roda logistik lancar dalam memenangi kursi DKI-1. Dia menyebut surat perjanjian utang-piutang ini disusun Rikrik Rizkiyana, pengacara Sandiaga saat itu.
“Itu memang waktu putaran pertama, ya. Logistik juga susah. Jadi, ya, yang punya logistik kan Sandi. Sandi kan banyak saham, likuiditas bagus, dan sebagainya. Ya ada perjanjian satu lagi, yang saya kira itu yang ada di Pak Rikrik itu,” kata Erwin.
“Intinya, kalau tidak salah itu perjanjian utang-piutang barangkali ya. Ya pasti yang punya duit memberikan utang kepada yang tidak punya duit. Kira-kira begitu. Karena yang punya likuiditas itu Pak Sandi kemudian memberikan pinjaman kepada Pak Anies,” katanya.
Erwin menilai situasi logistik saat putaran pertama Pilkada DKI 2017 masih cenderung sulit. Dia menyebut nominal utangnya mencapai Rp 50 miliar.
“Karena waktu itu putaran pertama kan ya namanya juga lagi tertatih-tatih kan waktu itu. Jadi kira-kira begitu. Yang itu saya lihat. Dan itu ada di Pak Rikrik. Nilainya berapa, ya, Rp 50 miliar barangkali. (Apakah sudah lunas?) Saya kira belum barangkali, ya,” ujar dia.