Jenis kedua adalah bijih nikel kadar rendah atau limonit yang diproses melalui smelter hidrometalurgi atau High Pressure Acid Leaching (HPAL). Produk nikel yang dihasilkan dari smelter ini seperti Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), Mixed Sulphide Precipitate (MSP), maupun nikel sulfat yang merupakan bahan baku atau komponen baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV).
Khusus jenis saprolit, Rizal menjelaskan bahwa umur cadangan di Indonesia paling lama hanya mencapai 7 tahun lagi. Itu apabila semua smelter nikel di Indonesia beroperasi, baik yang telah beroperasi maupun yang masih dalam tahap pembangunan dan perencanaan.
Sedangkan, untuk jenis nikel kadar rendah atau limonit, Rizal mengatakan bahwa cadangan yang ada saat ini bisa bertahan hingga 33 tahun ke depan. “Untuk limonit, data yang di bawah 1,5% kadarnya, untuk apabila semua refinery atau smelter hidrometalurgi selesai dibangun, bertahan sekitar 33 tahun kurang lebih,” tandasnya.
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, per 2022, total sumber daya bijih nikel 17,3 miliar ton dan cadangan bijih nikel 5,08 miliar ton. ***
Editor/Sumber: Riky/CNBC