Menurut Zita, pendidikan mental, pribadi, hingga budi pekerti itu dapat diupayakan masuk dalam kurikulum sekolah. Jika kurikulum jadi terlalu padat, maka bisa dijadikan program tambahan berupa seminar, ekstrakulikuler, atau pelatihan kemimpinan.
Ketiga, berasal dari pranata politik atau pemerintah. Zita kemudian memberi contoh satuan tugas (satgas) pengawasan dan pencegahan untuk penanganan kenakalan remaja yang dibentuk oleh Sudin Pendidikan Wilayah I Jakarta Utara.
“Kita harus tanamkan mindset penuh kasih sayang pada anak-anak kita enggak hanya di level sekolah dan keluarga, tapi juga pemerintahan. Bangun kepercayaan mereka pada pemerintah supaya berani melaporkan segala tindak kenakalan remaja. Anak kita itu generasi penerus bangsa, makanya kita harus selalu ada buat mereka,” papar Zita. ***
Sumber: CNN Indonesia.com
