Terkait skema murur, sebanyak 50 ribu jemaah lansia dan disabilitas dengan pendamping Risti hanya akan melintas di Muzdalifah tanpa berhenti. Sedangkan jemaah non-murur, tetap akan berhenti di Muzdalifah hingga menjelang pertengahan malam sebelum memasuki 10 Dzulhijah.
“Murur itu adalah skema jemaah yang diberangkatkan ke Arafah hanya lewat saja di Muzdalifah langsung ke Mina. Tidak sepeti dilakukan seperti tahun-tahun sebelumnya, jemaah dari Arafah turun Muzdalifah mabit sebentar, kemudian setelah Mabit di Muzdalifah langsung ke Mina,” kata Arsyad.
Adapun kriteria jemaah haji Indonesia yang mengikuti skema nurut, antara lain merupakan jemaah lansia, Risiko Tinggi (Risti) disabilitas, dan pengguna kursi roda. Termasuk pendamping jemaah yang masuk dalam kategori murur.
Pihaknya juga sudah mengantisipasi jika ada jemaah negara lain masuk ke dalam bus jemaah Indonesia. Namun, Arsyad berpesan kepada petugas benar-benar memastikan bus yang akan ditumpangi jemaah haji Indonesia dalam kondisi kosong.
“Kemungkinan penyusup, saya kira dengan kondisi pengetatan di tahun 2024, ya, kalau tidak ada lagi jemaah-jemaah yang istilahnya tidak punya keterikatan dengan pihak Maktab atau Syarikah. Mereka yang memang resmi dan sudah punya kontrak, dan transportasinya juga sudah disiapkan,” kata Arsyad.
Seperti diketahui, untuk petugas Satgas Muzdalifah terbagi menjadi 11 sektor Ad Hoc, masing-masing sektor terdiri dari 6-7 maktab. Adapun petugas yang ada di setiap maktab dibantu satu dokter dan dua perawat dengan jumlah petugas berjumlah 139 orang. ***
Sumber: rri.co.id