Angka SiLPA tersebut merupakan hasil dari defisit dan realisasi pembiayaan. Adapun realisasi pembiayaan 2023 Rp 356,7 triliun atau 74,32% dari rencana APBN sebesar Rp 479,9 triliun. Sri Mulyani menyebut realisasi pembiayaan ini menurun Rp 234,3 triliun atau 39,65% dibandingkan dengan realisasi pembiayaan 2022.
“Yang berhasil karena disebabkan karena terjadinya penurunan defisit dan pembiayaan yang sangat signifikan hal ini memperkuat posisi APBN, dan nilai Surat Berharga Negara, sehingga SBN yield suku bunga dapat ditekan dan spread terhadap suku bunga Amerika Serikat dapat diminimalkan, hal ini terjadi di tengah lonjakan suku bunga global yang luar biasa high for longer,” jelasnya.
Sri Mulyani juga melaporkan posisi keuangan pemerintah dalam neraca per 31 Desember 2023 yang terdiri dari aset Rp 13.072,8 triliun, kewajiban Rp 9.536,7 triliun, dan posisi ekuitas negara Rp 3.536,1 triliun.
“Kenaikan ekuitas tahun 2023 tanpa revaluasi aset merupakan pertama kalinya terjadi sejak pelaporan keuangan berbasis akrual diterapkan. Hal ini tidak terlepas dari baiknya kinerja penerimaan yang diikuti dengan belanja pemerintah yang juga semakin berkualitas,” pungkasnya. ***
Sumber: detik.com