“Jika tidak, banjir akan terus menjadi masalah serius di kota ini, apalagi dengan kondisi drainase dan Sungai Palu yang bisa meluap kapan saja,” katanya. Agus juga mengkritik BWSS III Palu agar lebih tegas dalam mempercepat pelaksanaan proyek oleh PT SMS, dengan tidak hanya membela kepentingan perusahaan. “Pihak BWS jangan abai dengan kepentingan masyarakat. Kasihan masyarakat,” tegas Agus.
Keresahan masyarakat ini turut mendapatkan perhatian dari anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Sulawesi Tengah, Lukky Semen. Setelah melakukan konfirmasi dengan pihak terkait, Dia mengungkapkan bahwa proyek yang tersebar di tiga sungai di Kota Palu, yakni Sungai Palu, Sungai Kawatuna, dan Sungai Ngia baru mencapai separuh perjalanan.
Menurut BWSS III, PT SMS telah melakukan percepatan pekerjaan dengan menambah alat berat, terutama alat pancang, dan bekerja siang malam untuk mengejar target penyelesaian.
Berikut rincian proyek pengendali banjir senilai Rp150 miliar tersebut:
1. Sungai Palu
– Pembangunan tanggul sungai sepanjang 387 meter (sisi kiri) dan 364 meter (sisi kanan).
– Pembangunan tanggul pantai sepanjang 487 meter (sisi kiri) dan 423 meter (sisi kanan).
– Pengerukan sedimen sungai sepanjang 800 meter.
2. Sungai Kawatuna
– Pembangunan dua unit konsolidasi dam, masing-masing sepanjang 40,5 meter dengan tinggi 6 meter.
– Pembangunan enam unit groundsill (pengendali elevasi dasar sungai) sepanjang 17,7 meter.
– Pembangunan pengaman erosi tebing sungai (revetment).
3. Sungai Ngia
– Pembangunan tiga unit konsolidasi dam (satu unit sepanjang 25,5 meter dan dua unit lainnya masing-masing sepanjang 21 meter).
– Pembangunan groundsill.
Dengan sisa waktu yang kian menipis, warga Palu berharap proyek ini dapat segera rampung untuk mengatasi banjir yang telah lama menjadi momok bagi kota ini.