Kondisi ini memaksa beberapa warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, terutama karena curah hujan yang tinggi terus berlangsung selama beberapa hari terakhir.
Warga mendesak agar perusahaan segera bertindak untuk menangani masalah ini.
“Kami kesulitan air bersih dan harusnya perusahaan yang mengambil tindakan. Kehadiran tambang seharusnya membawa kesejahteraan, bukan justru menghancurkan kehidupan kami,” ujar seorang warga Desa Bungintimbe dengan nada penuh kekecewaan.
Kemarahan warga kian memuncak, dan mereka merencanakan aksi protes berupa pemblokiran jalan hauling PT Bumanik, jalur yang digunakan untuk mengangkut hasil tambang nikel.
“Kami tidak akan tinggal diam. Kami akan blokade jalan hauling jika perusahaan tidak segera bertanggung jawab,” tegas seorang warga Desa Molino.
Sementara, Kepala Desa Towara, Hamrin yang dihubungi terkait bencana ini, menolak memberikan komentar. “Saya belum mau berkomentar. Terlalu banyak masalah yang kami hadapi di desa ini,” katanya singkat saat dihubungi melalui ponsel. Mengenai foto-foto banjir yang beredar di media sosial, Dia meminta warga untuk memastikan keaslian foto tersebut sebelum menyebarkannya lebih lanjut.
Warga kini berharap agar pihak berwenang turun tangan dan melakukan investigasi menyeluruh terkait dampak pertambangan terhadap lingkungan sekitar, guna mencegah bencana serupa di masa mendatang. Sementara, Humas PT Bumanik Laode Ikhsan yang dikonfirmasi oleh tim media pada Sabtu (7/9/2024) siang sekitar pukul 11.00 Wita di nomor ponselnya 0822-9300-1XXX, belum berhasil tersambung.
Nomor ponsel pria yang akrab disapa Coy itu berada di luar jangkauan alias tidak aktif.