Salah satu lokasi paling dramatis adalah di Merzouga, di mana danau baru terbentuk di sekitar kota gurun. Refleksi pohon palem kini terlihat di atas laguna yang dikelilingi bukit pasir curam.
Taman Nasional Iriqui, yang biasanya kering, juga terisi air dari banjir ini. Gambar satelit NASA menggunakan warna palsu untuk menunjukkan danau-danau baru yang terbentuk di barat laut Sahara.
Sebagian besar hujan turun di daerah terpencil yang jarang penduduknya. Namun, beberapa hujan turun di kota-kota dan desa-desa Maroko, menyebabkan banjir mematikan yang menewaskan lebih dari selusin orang.
Gambar satelit bulan September menunjukkan sebagian besar gurun ini tertutup hijau akibat badai. Beberapa penelitian mengaitkan fenomena ini dengan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.
Pemanasan global yang disebabkan oleh polusi bahan bakar fosil mengganggu siklus air di wilayah tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa peristiwa hujan ekstrem di Sahara dapat lebih sering terjadi di masa depan.
Hujan lebat di Sahara jarang terjadi, namun intensitasnya meningkat seiring perubahan iklim. Sistem tekanan rendah yang menyebabkan hujan tersebut mendorong badai bergerak lebih jauh ke utara daripada biasanya.
Kondisi banjir ini juga meningkatkan ancaman terhadap kehidupan dan infrastruktur di daerah-daerah tertentu. Terjadinya banjir besar ini memicu kekhawatiran mengenai dampak perubahan iklim di wilayah yang biasanya kering.
Meskipun gurun Sahara terkenal dengan iklim keringnya, fenomena ini menunjukkan pola cuaca dapat berubah secara drastis. Peneliti terus mengamati pola cuaca yang tidak biasa di Sahara ini sebagai bagian dari studi perubahan iklim global. ***
Sumber: rri.co.id