ANKARA,– Hubungan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Israel telah mengalami pasang surut yang signifikan selama beberapa dekade terakhir.
Erdogan yang memimpin Turki sejak awal 2000-an, sering kali mengkritik keras kebijakan Israel, terutama terkait dengan konflik Palestina.
Namun, menggambarkan sikap Erdogan sebagai “kebencian” terhadap Israel mungkin terlalu sederhana, mengingat kompleksitas politik domestik dan internasional yang mempengaruhi posisinya.
Berikut adalah beberapa alasan utama di balik kritik tajam Erdogan terhadap Israel:
1. Solidaritas dengan Palestina
Erdogan secara konsisten menyuarakan dukungan kuat untuk perjuangan Palestina. Dia menganggap pembelaan terhadap hak-hak Palestina sebagai kewajiban moral dan politik.
Misalnya, pada tahun 2014, Erdogan menuduh Israel melakukan “terorisme negara” dan “upaya genosida” terhadap Palestina selama konflik di Gaza. Dia juga menyatakan Israel lebih barbar daripada Pemimpin Nazi Jerman Hitler dalam konteks ini.
2. Kritik terhadap Kebijakan Israel di Gaza
Erdogan telah berulang kali mengkritik blokade Israel atas Jalur Gaza, menyebutnya sebagai “penjara terbuka” bagi warga Palestina. Dia menuduh Israel melakukan pembunuhan massal dan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah tersebut.
Pada tahun 2023, Erdogan menyatakan serangan Israel di Gaza merupakan “pembantaian” dan menawarkan mediasi Turki dalam konflik tersebut.
3. Insiden Mavi Marmara
Pada tahun 2010, hubungan Turki-Israel memburuk secara drastis setelah insiden Mavi Marmara, di mana pasukan Israel menyerang kapal bantuan Turki yang menuju Gaza, menewaskan sembilan aktivis Turki.
Erdogan mengutuk serangan tersebut sebagai “terorisme negara” dan menuntut permintaan maaf resmi dari Israel. Meskipun kemudian terjadi upaya rekonsiliasi, insiden ini meninggalkan bekas yang mendalam dalam hubungan kedua negara.