Sementara sistem ekonomi syariah berupaya mengendalikan inflasi melalui prinsip keadilan ekonomi, zakat serta sistem bagi hasil. Sistem ekonomi syariah tidak menggunakan suku bunga dalam pengendalian inflasi, karena suku bunga memiliki keterkaitan yang erat dengan riba yang dilarang dalam Islam. Sebagai gantinya, ekonomi syariah menggunakan sistem bagi hasil dalam pembiayaan. Untuk menyerap likuiditas berlebih tanpa terbebani oleh bunga, diterapkanlah sukuk (obligasi syariah). Lalu untuk menjaga stabilitas ekonomi, sistem ekonomi syariah menawarkan zakat dan wakaf produktif yang akan mengurangi kesenjangan ekonomi dan akan meningkatkan daya beli masyarakat. Sistem ini juga melarang perbuatan yang bertentangan dengan aturan-aturan agama, seperti berbuat curang dalam jual-beli, memanipulasi harga, dan lain sebagainya.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa :
1. Sistem ekonomi konvensional lebih cepat merespons ketimpangan sosial, tetapi memiliki risiko peningkatan ketimpangan sosial
2. Kebijakan dalam sistem ekonomi syariah lebih berorientasi ke stabilitas ekonomi jangka panjang
Setelah meninjau dan menelaah kebijakan masing-masing sistem ekonomi, penulis memberikan saran supaya pemerintah meningkatkan pemanfaatan instrumen pada ekonomi syariah seperti ZISWAF untuk mengurangi ketergantungan terhadap suku bunga. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah juga harus semakin meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap sistem keuangan syariah supaya lebih banyak orang yang memahami dan menggunakan sistem ekonomi syariah sehingga bisa dijadikan sebagai alternatif sistem keuangan yang lebih adil. Terakhir, pemerintah juga perlu mempertimbangkan untuk mengkombinasi kedua sistem keuangan yang ada untuk menjaga stabilitas ekonomi, terutama di momen-momen tertentu seperti lebaran. ***
Sumber: kompasiana.com
