Baik, kembali mari melihat daerah dan pusat atas gejala longsornya ekonomi triwulan 2025. Menkeu Sri Mulyani menyebut angka defisit APBN 2025 dua bulan terakhir mencapai Rp32 triliun.
Daerah? Putaran ekonomi di level bawah bergantung pada realisasi APBN dan APBD. APBN apabila semua DIPA di instansi struktural berjalan. Di APBD apabila kegiatan fisik yang menyerap banyak orang berjalan. Mari kita tengok apakah semua itu jalan?
Kita cek lapangan. Pasar ramadan. Pasar tradisional, Inpres dan Masomba. Mari kita lacak pasar – pasar Mingguan di desa desa Kabupaten Sigi. Kabupaten Donggala. Pasar di ujung Kota Palu, Tawaeli. Potret itu dan bawa di meja kekuasaanmu. ‘’Benarkah kita ini sudah beramadan dengan benar,’’ kata seorang teman bada Dhuhur di Masjid Agung Lolu Palu ke saya.
Pemimpin daerah pasca dilantik masih sibuk dengan ‘program prioritasnya’ mensingkronkan dengan birokrasi. Agar jalan visi misinya. Sibuk mencocok-cocokan dengan Asta Cita.
Pemimpin baru sedang media darling. Jadi segala apapun yang diucapkan, seolah itu obat merosotnya daya beli dan kekuatan ekonomi rakyat oleh media. Padahal, dengan sedikit kritis dan nalar tajam kita sedang ‘di menara mercusuar’ mulai tidak reliabel dengan situasi dan kondisi riel rakyat.