Harga Kakao Anjlok, Petani Menjerit

  • Whatsapp

Sejumlah petani kakao (coklat) di wilayah Kecamatan Poso pesisir, dua pekan terakhir ini mengeluhkan anjloknya harga penjualan di pasaran. Ironisnya, selain harga komoditas ekspor itu turun drastis, waktu anjloknya juga bertepatan dengan menjelang bulan suci ramadhan, termasuk menjelang tahun ajaran baru 2017, di mana siswa membutuhkan biaya untuk menutupi kebutuhan sekolahnya.

Diketahui, beberapa desa dalam wilayah Poso Pesisir bersaudara, yang selama ini menjadi lumbung penghasil Kakao, kini mulai terkena dampak penurunan harga. Mereka bingung, pada saat sejumlah kebutuhan dasar mengalami kenaikan harga, justru biji kakao yang selama ini menjadi penghasilan utama mereka, anjlok di pasaran.

Hamzah (45) petani kakao asal desa Pinedapa, kecamatan Poso pesisir menjelaskan, dirinya dalam sebulan terakhir mengalami kerugian yang cukup parah, karena hasil penjualan kakao pasca panen tidak sesuai dengan harapannya. Ia menambahkan, dampak penurunan harga kakao secara drastis, membuat  biaya perawatan sangat tidak sebanding dengan hasil penjualan pasca panen.

‘‘Sudah dua pekan harga kakao kering terus menurun, saya juga bingung kenapa harga bisa anjlok jauh begini, tapi karena terdesak kita tetap menjualnya ke pengumpul, demi memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama keluarga,’’ keluh Hamzah. Diketahui, harga kakao kering di pasaran Poso, pada memasuki Bulan Mei 2017, hanya berkisar Rp.20.500/Kilogram, turun jauh dari harga sebelumnya, Rp.30.000/ Kilogram. **

reporter/editor: Darwis waru 

Berita terkait