Ngkai Tobe dan Isu Tsunami

  • Whatsapp
KISAH DI BALIK GEMPA BUMI POSO

Poso, – NGKAI sebutan untuk Orang tua di Poso, Tobe (87), tak pernah menyangka, gempa tektonik Senin pekan lalu lalu, membuat rumah kediamannya rubuh seketika. Bukan apa-apa, selama hidupnya di Poso, baru kali ini ia merasakan gempa tektonik yang getarannya begitu keras. “Kalau seumur-umur saya barusan ini terjadi gempa bumi keras begini, biasanya hanya sambil lewat saja”, kata orang tua kelahiran, 1930 itu.

Ia menambahkan, saat gempa berkekuatan 6’6 SR itu terjadi, dirinya baru saja terpikirkan untuk keluar dari rumahnya, namun begitu ia hendak melangkah keluar dari pintu, rumahnya sudah jatuh ke dasar laut, membuat dirinya dan keponakannya yang ada dalam rumah pun jatuh bersamaan dengan rubuhnya rumah. “Saat itu saya menyempatkan diri memantau kondisi masyarakat, karena saya dengar kabar ada 1 rumah yang rubuh, begitu kami bersama beberapa orang warga lainnya mendekat, ternyata Ngkai bersama keluarganya masih berada dalam reruntuhan rumahnya, jadi sejumlah warga pu ikut membantu selanjutnya mencari tempat yang aman”, kata Kepala Dusun Kalamalea yang ditemui Kaili Post baru-baru ini.

Menurut Ruland, saat Gempa Bumi terjadi masyarakatnya mengamankan diri ke area perbukitan, karena khawatir akan terjadinya bencana tsunami. “Jadi secara keseluruhan warga mengungsi ke atas wilayah perbukitan, karena khawatir terjadi tsunami, tapi hanya satu malam setelah itu mereka semua sudah kembali pagi harinya”, ujar Ruland.

Informasi yang dihimpun Kaili Post di Dusun Kalamalea menyebutkan, bahwa kekhawatiran masyarakat di Dusun Kalamalea terhadap tsunami memang cukup beralasan. Asal tahu saja, tiga hari sebelum terjadinya gempa, tepatnya hari Sabtu, 27 Mei 2017, air laut surut sepanjang 150 meter, sebuah fenomena yang mengingatkan masyarakat tentang cerita tsunami Aceh.

“Itu yang membuat masyarakat panik, karena memang dua hari sebelum terjadi gempa air laut mengalir ke tengah laut membentuk arus deras berupa aliran sungai, jadi begitu gempa bumi terjadi Senin malam, 29 Mei 2017, praktis pikiran masyarakat terisi dengan tsunami, jangan-jangan so dorang yang mo datang ini”, kata salah seorang warga.

Begitulah sekelumit kisah warga Kota Poso, pasca terjadinya gempa bumi. Dan rupanya memang gempa bumi kali ini dinilai sebagai gempa terdahsyat dalam kurun waktu 50 tahun berlalu. “Pokoknya, saya sendiri baru kali ini merasaka gempa yang getarannya keras begini”, kata Max Tadjongga (65 Th).

Dari Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Poso menyebutkan, sejumlah bantuan darurat telah disalurkan kepada masyarakat korban gempa, khususnya di Kecamatan Lore utara dan Poso Pesisir utara. Ada pun wilayah Poso Kota bersaudara, Camat Poso Kota Utara, Effendi Chaffe’e, diketahui telah mengunjungi Dusun Kalamalea dan berdialog dengan warga Kelurahan Madale tersebut, untuk membicarakan sejumlah langkah antisipasi dalam menyikapi situasi terkini. **

reporter/biro poso: darwis waru

Berita terkait