CUACA EKSTRIM, Yang sebelumnya sudah diprediksi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Indonesia, bahwa Pulau Sulawesi bakal terkena imbas cuaca ekstrim hingga 3 Juni 2017 terbukti. Sulawesi Tengah hampir separoh 11 kabupaten dan satu kota mengalami curah hujan tinggi.
Beberapa kabupaten yang mengalami curah hujan tinggi dan berdampak banjir adalah Kabupaten Morowali Utara. Banjir bandang di Kecamatan Bungku Utara dan Mamosalato (30/5/2017) lalu. Tengah malam sembilan desa tergenang, tiga jembatan putus serta melumpuhkan akses enam desa di daerah pedalaman Mamosalato. Bupati Aptripel Tumimomor dan Ketua DPRD Fudin Madjid, (31/5/2017) turun langsung ke lokasi banjir.
Dilaporkan, sekira 2 hingga 3 Juni 2017, malamnya banjir disertai longsor terjadi di Desa Banano, Tojo Unauna. Jalan trans yang menghubungkan Luwuk (Kabupaten Banggai), Ampana (Tojo Unauna) dan Kota Poso tertutup material. Sebelumnya, gempa di Kabupaten Poso tepatnya di wilayah Napu 6,6 SR, Kecamatan Lore Utara sejumlah jalan dan rumah warga hancur. Pemprov menetapkan Tanggap Darurat.
Hingga semalam dilaporkan biro Tolitoli bahwa hujan dan banjir sejak Jumat (2/6/2017) pekan lalu hingga Minggu (04/06/2017) malam menyisahkan duka warga Kota Tolitoli. Bencana banjir yang mengepung Kabupaten Tolitoli Sabtu malam (3/6/2017) bukan hanya menyebabkan jembatan putus, namun juga telah menelan korban jiwa, Ma Emang di Kelurahan Tambun dan Ramla di Kelurahan Tuweley.
Sementara jembatan yang putus akibat banjir tersebut yaitu akses jalan yang menghubungkan dua desa Tinigi dan Lakatan Kecamatan Galang. Ribuan warga yang mengalami musiba banjir di Kabupaten Tolitoli hingga kini masih terus melakukan pembenahan rumah. Warga yang terkena bencana banjir tersebut berjibaku mengeruk lumpur yang tertimbun di didalam rumah mereka.
Selain berlumpur, umumnya warga yang rumahnya dikepung banjir mengalami kesulitan air bersih. Warga tinggalnya dekat dari bantaran sungai terpaksa hanya menggunakan air yang bercampur untuk mandi, mencuci bahkan minum. “Kami warga yang terkena musiba banjir mengalami kesulitan air bersih pak, baru sampai sekarang belum ada bantuan pemerintah Kabupaten,” tutur warga Kelurahan Baru Kecamatan Baolan, Herdi kepada media ini Minggu (4/6/2017).
Menurut warga Desa Selangkangan, H Alimudin, sebagian besar warga yang terkena dampak banjir belum mendapat bantuan obat-obatan dan air bersih dari pemerintah. Yang diperoleh hanya berupa me instan. “Bencana banjir yang dirasakan baru kali ini sejarahnya paling parah. Hampir semua kecamatan di kabupaten ini dihantam banjir,” katanya dengan yakin.
Semtara direktur PDAM Kabupaten Tolitoli, Arnol Rasang yang dihubungi terkait air bersih dikeluhkan warga yang dilanda banjir, mengakui kalau sampai kini pihaknya belum dapat memperbaiki jaringan pipa PDAM yang rusak akibat banjir tersebut. “Akibat bajir, banyak instalasi pipa PDAM yang rusak. Pipa PDAM yang rusak itu bukan hanya di dalam kota Tolitoli, tetapi juga di kecamatan lainnya, diantaranya Kecamatan Galang dan Dakopemean,” ungkap direktur PDAM itu.
Dia berjanji akan berupaya melalukan perbaikan pipa yang rusak, termasuk intake yang diterjang banjir. Perbaikan jaringan air bersih, katanya dapat diperkirakan tuntas dengan lamanya waktu satu bulan baru air tersebut bisa kembali normal seperti semula.
“Karena banyak alat-alat pipa di jaringan intake yang hilang diterjang banjir sehingga perbaikan memakan waktu satu bulan. Arnol berharap kepada warga yang mengalami kesulitan air bersih tidak perlu khawatir, pihak PDAM akan berupaya memberikan bantuan air bersih dengan mengguakan mobil tangki milik PDAM. “Bagi warga yang memerlukan air bersih akan diberikan bantuan sambil menunggu pipa PDAM dibenahi,” katanya.
Sedangkan di Morut, Camat Bungku Utara, Amirulah Halilu dalam laporannya kepada Bupati menyebutkan lima desa di wilyahnya tergenang air. Kelima desa tersebut adalah Kalombang, Tirongan Atas, Tirongan Bawah, Tanakuraya dan Baturube. Meski demikan, Amirulah menegaskan belua ada warga yang mengungsi.
Sementara Camat Mamosalato, Nasib Njee, kepada Bupati dan rombongan menjelaskan diwilayahnya banjir menggenangi sebagian desa Tanasumpu, Tananagaya, Girimulya dan Momo. Sama seperti di Bungku Utara, Nasib Njee menegaskan belum ada warga desa yang terkena banjir yang mengungsi ke desa tetangga.
Selain rumah warga, banjir juga menggenangi areal kebun dan persawahan. Namun data akurat luasan genangan air belum dapat dipastikan, karena sementara dilakukan pengumpulan data. “Malam ini datanya dikumpulkan untuk dilapor ke Bupati,” kata kedua camat tersebut. “Ada pula kerusakan jalan seperti di Girimulya sepanjang 100 meter,” tambah dia.
Sementara itu, Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Morut Delnan Lauende menyebut 8 ekor ternak sapi milik warga desa Winangabingo, Mamosalato tak dapat diselamatkan. “Sungai Winangabingo meluap. Akibatnya ternak sapi warga setempat mati,” ujar Delnan.
Bupati Aptripel saat di lokasi jembatan Tanasumpu menyebut bajir bandang sebenarnya tidak sampai menggenangi perumahan warga Tanasumpu jika tanggul setempat sepanjang 400 meter tidak jebol. “Di muara sungai Tanasumpu juga ada sedimentasi sehingga sampah bawaan banjir tertahan. Kejadian ini bertepatan dengan pasangnya air laut,” imbuh Aptripel. Dari peninjauan ini, Bupati meminta Kepala BPBD Morut segera membentuk tim lintas OPD guna mengatasi segala kebutuhan pasca bencana. “Masalah ini jadi prioritas penanganan agar masyarakat segera terbantu,” tegas Aptripel.
Kepada wartawan, Kepala BPBD Morut langkah awal terkait tanggap darurat bencana yakni pembentangan tali penyeberangan di Sungai Tanasumpu sepanjang tak kurang dari 30 meter. Sementara dua jembatan lainnya masih dapat dilalui kendaraan bermotor. “Bentangan tambang itu untuk melancarkan arus transportasi warga. Intinya nanti ada penyeberangan gratis,” beber Musda Guntur.
Terkait distribusi bahan pokok pangan kepada korban banjir, Musda memastikan masih mengumpulkan data aktual masing-masing desa. “Kita masih ada stok beras sekira 80 an ton. Tentunya masyarakat tidak perlu khawatir soal bantuan ini,” pungkas Musda.
Dari Bungku Kabupaten Morowali dilaporkan, dalam beberapa hari terakhir, wilayah Bungku terus diguyur hujan deras hingga bisa berlangsung selama satu hari penuh. Kondisi tersebut sedikit menimbulkan kekhawatiran masyarakat akan terjadi banjir, apalagi beberapa hari lalu terjadi gempa yang lumayan keras.
Badan Kordinasi Penanggulangan Bencana Daerah (BKPBD) Morowali akhirnya menghimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak resah namun tetap waspada dengan perubahan cuaca ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini.
Kepala Pelaksana BKPBD Morowali, Yosar Kardiat berharap agar masyarakat tidak terpancing isu yang dilemparkan sejumlah pihak dan memberikan kepercayaan kepada pihaknya sebagai pusat informasi menyangkut kondisi alam. “Diharapkan kepada seluruh masyarakat Morowali tetap waspada terhadap gejala-gejala alam seperti hujan yang terus-menerus tiada henti, dan beberapa gempa yang terjadi dalam beberapa hari terkhir di sejumlah wilayah Morowali pada khususnya dan Sulawesi Tengah pada umumnya” tuturnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya akan terus memberikan informasi terkini kepada nomor-nomor telpon yang telah terdaftar dalam aplikasi program instansinya. “BKPBD akan senantiasa memberikan informasi-informasi khususnya masyarakat yang sudah terdaftar dalam web-web sms yang saat ini BKPBD kembanngkan melalui aplikasi layanan yang bisa diterima langsung oleh masyarakat” jelasnya.
Ditambahkan, untuk wilayah-wilayah yang masih berpotensi terjadi banjir tersebar di tiga kecamatan, yakni Bungku Barat, Bungku Tengah dan Bahodopi.
Sebelumnya (kaili post; 2/06/2017) Pemprov Sulteng, dan Pemerintah Kabupaten Poso menetapkan masa tanggap darurat bencana gempa bumi Poso hingga 5 Juni 2017 mendatang.
Berbicara kepada tim lapangan di Pos Komando Tanggap Darurat Bencana di Wuasa, Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, (1/6/2017) lalu, Gubernur Longki Djanggola menyampaikan terima kasih atas kerja tanggap dan cepat tim lapangan pasca gempa bumi 6,6 SR (skala richter) mengguncang wilayah itu.
“Tadi Bupati Poso, Darmin Sigilipu sudah mengeluarkan keputusan bahwa masa tanggap darurat bencana gempabumi ini hingga 5 Juni 2017 mendatang,” ujar Gubernur Longki saat meninjau lokasi gempa Masa tanggap ini katanya, selain melakukan hal-hal lain yang dianggap perlu seperti pemenuhan pangan dan sandang, pemerintah akan mengupayakan cara untuk masa pemulihan trauma agar masyarakat sudah berani kembali ke rumah masing-masing dan tidak lagi tidur di tenda-tenda.
“Tim BMKG dan BPBD serta tim Kesehatan saya lihat sudah bekerja untuk itu,” katanya. Terkait pemenuhan bahan makanan, obat-obatan dan pakaian, Gubernur yang juga Ketua DPD Partai Gerindra Sulteng ini mengatakan sampai saat ini sejumlah bantuan dari Pemerintah dan pihak lainnya sudah mengalir ke Pos Komando. Bantuan itu berupa uang tunai, bahan makanan dan pakaian.
Sebelumnya, Gubernur Longki telah meninjau aktifitas di Posko Kesehatan, Sedoa kemudian melihat bangunan Sekolah Dasar Sedoa yang roboh serta beberapa Gereja yang runtuh bagian dinding serta plafonnya. Di Alitupu, Gubernur Longki bersama Ketua DPRD Sulteng Prof. Aminuddin Ponulele, Bupati Darmin Sigilipu dan Kepala Stasiun Geofisika Klas I Petrus Demo Sili berbicara kepada masyarakat yang masih memilih tidur di tenda-tenda.
“Seluruh masyarakat saya minta tenang dan tidak terpancing isu-isu seperti adanya danau yang jebol atau meluap airnya karena gempa atau lainnya,” imbau Gubernur dua periode ini. Ia meminta agar masyarakat Ikuti arahan dari pihak BMKG dan BPBD serta pemerintah setempat.
Bagi masyarakat yang rumahnya terbuat dari papan, diharapkan bisa segera kembali ke rumahnya, sementara yang berumah permanen dilihat keamanan rumahnya, bila memungkin untuk kembali diharapkan kembali. Kepala Stasiun Geofisika Klas I Petrus Demo Sili kepada masyarakat juga meminta agar masyarakat tenang, namun tetap waspada. Gempa bumi yang melanda wilayah Wuasa dan sekitarnya diakibatkan oleh pergerakan sesar lokal yang dikenal sebagai Palolo Grabben. Menurut Petrus itu adalah hal yang alamiah. Begitupun dengan gempabumi susulannya. Ia mengatakan masyarakat sudah bisa kembali ke rumah masing-masing. “Tadi saya lihat gedung SD yang runtuh itu karena kolom bangunan yang terbuat dari kayu,” ujar Petrus. Bagi bangunan terbuat dari kayu kalau satu sisi jatuh, sisi yang lain juga ikut ambruk. Ada juga beton bertulang yang ukurannya besinya kecil sehingga tidak bisa menahan beban. Ke depan perlu dipikirkan membangun rumah yang tahan gempa, karena wilayah ini berada di lintasan patahan kerak bumi. **
reporter/editor: ramlan/pariaman /bambang sumantri/andono wibisono