Longki: Sulteng Penghasil Kakao Terbesar Di KTI

  • Whatsapp
banner 728x90

SULTENG,- GUBERNUR Sulawesi Tengah Longki Djanggola mengatakan daerahnya merupakan penghasil komoditas kakao terbesar di Kawasan Timur Indonesia (KTI). “Produksi kakao petani Sulteng setiap tahunnya sekitar 250 ribu ton,” katanya di sela-sela peringatan Hari Pangan se-Dunia tingkat provinsi yang berlangsung di Kota Palu Kamis (11/10).

Peringatan Hari Pangan se-Dunia tingkat provinsi dibuka Rabu (11/10) dan akan ditutup 14 Oktober dengan diikuti 13 kabupaten/kota. Gubernur Longki mengatakan kakao merupakan komoditas unggulan petani di seluruh kabupaten di provinsi itu.

Produksi kakao petani Sulawesi Tengah selama ini sudah banyak diekspor ke berbagai negara di kawasan Asia, Amerika maupun Eropa dengan menghasilkan devisa cukup besar bagi negara. Sebagai komoditi primadona, pemerintah daerah terus mendorong para petani untuk mengembangkan tanaman perkebunan tersebut mengingat kebutuhan pasar setiap tahunnya semakin meningkat.

Sementara Sekretaris DPD Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sulawesi Tengah, Achrul Udaya membenarkan ekspor perdana biji kakao langsung dari Pelabuhan Pantoloan Palu menuju negara konsumen dilakukan pada 1994. Ekspor perdana biji kakao petani Sulawesi Tengah tersebut dilepas langsung oleh Gubernur ketika itu dijabat Azis Lamadjido.

Selama beberapa tahun, komoditas kakao tercatat sebagai produk ekspor non-migas penghasil devisa terbesar di Provinsi Sulawesi Tengah. Namun, kata dia, kurun beberapa tahun terakhir ini, volume maupun perolehan devisa dari ekspor kakao mengalami penurunan akibat produksi petani terus berkurang.

Petani kakao di Sulteng pernah mencapai puncak kejayaan ketika harga kakao di pasaran lokal maupun internasional bergerak naik pada saat krisis moneter terjadi era 1998.

Saat itu, harga biji kakao di pasaran Kota Palu naik mencapai Rp30 ribu/kg. Banyak petani yang memiliki lahan kakao cukup luas tiba-tiba ekonominya meningkat sehingga bisa membeli kendaraan mobil dan naik haji.

“Saya kebetulan waktu itu masih menjabat Kepala Cabang PT Sucofindo dan saya tahu persis bagaimana Sulteng melakukan ekspor perdana komoditi kakao langsung dari Pelabuhan Pantoloan Palu,” kata dia.

Selama itu, kata Achrul, hasil panen petani hanya diantarpulaukan ke Surabaya. Dari sana baru komoditi tersebut diekspor ke berbagai negara konsumen.

Harga biji kakao di pasaran Kota Palu saat ini berkisar Rp26.000/kg. Di tingkat petani bervariasi antara Rp22.000 s/d Rp24.000/kg. Data Dinas Perkebunan Provinsi Sulteng menyebutkan luas lahan kakao di daerah ini sekitar 291.000 hektare tersebar di 13 kabupaten dan kota.

Sumber: antarasulteng.com 

Berita terkait